MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MI/SD
PENDAHULUAN
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Dalam KTSP ada lima kelompok mata pelajaran, materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangandiri.Dalamkegiatanpengembangandirimemilikitujuanyaitumemberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah serta tuntutan lingkungan hidup pesena didik.
Program Bimbingan dan Konseling (BK) di MI/SD dalam KTSP sangat strategis,
sehingga program ini perlu didukung oleh manajemen dan kelengkapan adminisirasi
secara memadai.
TUJUAN
Setelah mempelajari materi tentang manajemen bimbingan dan koaseling di MI/SD,
diharapkan peserta didik dapat:
1. Menjelaskan struktur program BK di MI/SD.
2. Menjelaskan dan terampil dalam mengembangkan program BK di MI/SD.
3. Menjelaskan tentang implementasi program BK dalam KBM.
4. Menjelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di MI/SD.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan di atas, maka BBM 6 diorganisasikan menjadi
dua kegiatan belajar yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : Struktur dan Pengembangan Program BK di MI/SD.
Kegiatan Belajar 2 : Implementasi Program BK dalam KBM dan Manajemen bimbingan
di SD.
Bimbingana dan Konseling
203
PETUNJUK BELAJAR
Untuk membantu Anda menguasai seluruh bahan belajar mandiri dengan baik,
perhatikanlah beberapa prosedur di bawah ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan belajar mandiri ini sampai Anda
memahami tujuan yang ingin dicapai.
2. Setelah itu, Anda diharapkan mempelajari bagian demi bagian bahan belajar mandiri
secara lebih cermat dan penuh perhatian, dan bila perlu berilah tanda khusus pada
bagian atau kata-kata kunci yang Anda anggap penting.
3. Apabila ada bagian materi belajar mandiri yang kurang difahami, maka diskusikanlah
dengan teman-teman Anda. Tetapi bila dengan diskusi pun belum mendapatkan
pemahaman, sebaiknya dicatat dan tanyakan kepada tutor Anda pada saat tutorial
tatap muka.
4. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah buku sumber yang disarankan.
5.
6. Bila Anda telah cukup memahami uraian materi yang disajikan, maka kerjakanlah
Buatlah kesimpulan dengan kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan materi yang
telah Anda pelajari dalam bahan belajar mandiri ini.
latihan dan tes formatif yang tersedia pada setiap akhir kegiatan belajar.
204
Bimbingana dan Konseling
1
STRUKTUR DAN PENGEMBANGAN
PROGRAM BK DI MI/SD
1. Komponen Program BK di MI/SD
Sesuai dengan Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007) bahwa komponen program layanan bimbingan
dan konseling mencakup: (1) komponen pelayanan dasar; (2) komponen pelayanan
responsif; (3) komponen perencanaan individual; dan (4) komponen dukungan sistem
(manajemen).
a. Pelayanan dasar bimbingan
1. Pengertian
Pelayanan dasar bimbimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada seluruh konseli/peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis, dalam
rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkembangan (yang dituangkan dalam standar kompetensi kemandirian) yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil pebutuhan dalam
menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen asesmen perkembangan peserta didik
dan kegiatan tatap muka terjadwal yang terintegrasi dalam pembelajaran di kelas sangat
sesuai untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen terhadap kebutuhan
dan perkembangan itu sangat diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan
pengalaman terstruktur peserta didik.
2. Tujuan
Tujuan pelayanan dasar bimbingan ini bertujuan untuk membantu semua peserta
didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh dasar keterampilan hidupnya; atau dengan kata lain membantu peserta
Bimbingana dan Konseling
205
didik agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan
pelayanan dasar bimbingan ini dapat dirumuskan secagai upaya membantu peserta didik
agar:
a) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial-budaya dan agama);
b) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkan tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya;
c) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya; dan
d) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Dengan demikaian, melalui pelayanan dasar bimbingan ini peserta didik akan
terbantu dalam mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan dasar
untuk kehidupannya yang mengacu kepada tugas-tugas perkembangan peserta didik MI/
SD.
3. Fokus pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pelayanan dasar bimbingan, fokus
perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangannya, sehingga peserta didik diharapkan dapat memahami dan menerima
diri, mengenal lingkungan, memecahkan masalah, memiliki konsep diri yang adekuat,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, serta menjadi pribadi mandiri. Materi pelayanan
dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian peserta
didik MI/SD
Beberapa contoh materi layanan dasar bimbingan untuk peserta didik MI/SD, yaitu:
a. Pemahaman dan penerimaan diri
b. Sikap dan kebiasaan belajar
c. Motivasi belajar
d. Kemampuan memecahkan masalah
e. Self esteem
f. Membuat program kegiatan sehari-hari
g. Cara mengembangkan minal, bakal.
h. Keterampilan berkomunikasi
i.
j. Keefektifan dalam hubungan antar pribadi
k. Cara belajar yang efektif
l.
Keterampilan pengambilan keputusan
dsb.
206
Bimbingana dan Konseling
Pelayanan dasar himbingan ditujukan untuk semua peserta didik, disajikan dengan
menggunakan strategi klasikal dan dinamika kelompok, baik dalam kelompok kecil
maupun besar. Kurikulum materi layanan dasar bimbingan disusun dengan mcnggunakan
sumber-sumber rujukan dan sumber lainnya yang relevan, serta dilengkapi dengan
strategi penyampaian dan penilaian. Materi dan penyajian pelayanan dasar hendaknya
memperhatikan/disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangan peserta didik MI/
SD.
b. Pelayanan responsif (responsive sevices)
1. Pengertian
Pelayanan responsif adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang
memiliki kebutuhan dan menghadapi masalah yang memerlukan penanganan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menilmbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangannya.
2. Tujuan
Pelayanan renponsif bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya, atau membantu peserta didik
yangmengalamihambatan dankegagalandalammencapaitugas-tugasperkembangannya.
Tujuan pelayanan ini dapat juga dikekakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan pada
saat itu. Hal tersebut berkenaan dengan masalah-masalah sosial-pribadi, karir, dan atau
masalah pengembangan belajar-pendidikan.
3. Foku pengembangan
Fokus pelayanan ini berhubungan dengan masalah pribadi-sosial, belajar atau
pengembangan pendidikan, dan perencanaan karir. Dengan demikian, isi layanan
responsif yaitu: (1) bimbingan pribadi-sosial; (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan
karir.
Pelayanan responsif lebih bersifat prevenlif, meskipun dalam praktiknya dapat pula
menjadi bantuan penyembuhan atau kuratif. Proses pelayanan responsif dirancang
dengan menggunakan strategi relasi interpersonal, sehingga berlangsung interaksi antar
pribadi yang bersifat membantu. Oleh karena itu, pelayanan ini memiliki nilai terapeutik
bagi peserta didik yang sedang mengalami masalah psikis.
Fokus pelayanan responsif bergantung pada kebutuhan atau masalah peserta didik
yang muncul. Kebutuhan dan masalah peserta didik itu berkaitan dengan keinginan
untuk mengetahui sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya
Bimbingana dan Konseling
207
secara positif. Masalah peserta didik itu juga yang berhubungan dengan berbagai hal
yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan
peserta didik, karena tidak terpenuhi kebutuhannya atau gagal dalam mencapai tugas-
tugas perkembangan. Untuk memahami masalah peserta didik pada umumnya tidak
mudah diketahui secara langsung, namun dapat diidentifikasi/difahami melalui gejala-
gejala perilaku yang ditampilkannya. Masalah (gejala-gejala perilaku bermasalah) yang
mungkin dialami peserta didik dan menjadi fokus pelayanan ini antara lain:
a. merasa cemas menghadapi seseuatu;
b. merasa rendah diri;
c. berperilaku impulsif, yaitu melakukan sesuatu tanpa pertimbangan ayau alasan yang
tepat;
d. membolos dari madrasah/sekolah;
e. malas belajar;
f. kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik;
g. kurang bisa bergaul atau melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan;
h. malas beribadah;
i. prestasi belajar rendah.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah peserta didik MI/SD dapat dilakukan
melalui asesmen dan analisis perkembangannya, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP) untuk usia MI/SD, angket siswa,
wawancara, pengamatan/observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes, dan
daftar masalah atau alat ungkap masalah (AUM).
c. Layanan perencanaan individual
1. Pengertian
Perencanaan individual adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan
membantu seluruh peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas
yang berkenaan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
terseduia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang segala
karakteristik dirinya, penafsiran hasil asesmen serta, dan penyediaan informasi yang
lengkap dan tepat, sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan
yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan
dan kebutuhan khusus peserta didik.
Olah karena itu, layanan perencanaan individual berisikan bidang layanan pribadi-
sosial, bidang pendidikan-belajar, dan bidang karir. Dengan terbantunya peserta didik
dalam memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
diharapkan ia dapat merencanakan dan mengimplementasikan rencananya itu secara
208
Bimbingana dan Konseling
terarah dan optimal.
2. Tujuan
Layanan perencanaan individual dirancang dengan tujuan untuk membantu peserta
didik agar:
a) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya;
b) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan
dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir sesuai tahapan
perkembangan usia MI/SD; dan
c) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskannya.
Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
untuk memfasilitasi peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan pribadi-sosial oleh dirinya sendiri. Isi
layanan perencanaan individual ini adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan peserta
didik untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan
demikian, meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh peserta
didik, namun pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarka atas
perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing peserta didik.
3. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan pribadi-sosial. Secara rinci, cakupan fokus tersebut untuk murid MI/
SD antara lain berkenaan dengan aspek :
a. akademik, meliputi menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar (calistung) yang baik-
efektif, memanfaatkan keterampilan belajar, memilih kursus atau pelajaran tambahan
yang tepat, memilih pendidikan lanjutan, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
belajar sepanjang hayat.
b. Karir,meliputimemahamisegalakekuatandankelemahandirisendiri,mengeksplorasi
c.
lingkungan sekitar tempat tinggal, membiasakan diri bekerja dengan sebaik-baiknya,
berlatih membuat rencana kegiatan dan pengambilan keputusan secara tepat.
Pribadi-sosial, meliputi pengembangan konsep diri yang positif dan keterampilan
sosial yang efektif, sehingga dapat melakukan penyesuaian terhadap diri sendiri dan
lingkungan secara secara serasi dan seimbang.
d. Komponen dukungan sistem
Ketiga komponen di atas merupakan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
Bimbingana dan Konseling
209
peserta didik secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen
pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur dan pengembangan
kemampuan guru dalam penerapan fungsi dan prinsip-prinsip bimbingan di MI/SD,
sehingga guru dapat melakukan bantuan atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
peserta didik. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan manajemen dapat membantu
menetapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling. Kegiatan
ini diharapkan dapat membantu guru MI/SD dalam mengimplementasikan layanan dasar
bimbingan, layanan responsif, dan perencanaan individual peserta didik.
Komponen dukungan sistem ini meliputi: pengembangan jejarang, kegiatan
manajemen, penelitian dan pengembangan.
1) Pengembangan jejaring, menyangkut kegiatan-kegiatan: konsultasi/bekerja sama
dengangurulain,bekerjasamadenganorangtuaataumasyarakat,berpartisipasidalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan madrasah/sekolah, bekerja
sama dengan personel sekolah laiinnya dalam menciptakan lingkungan madrasah/
sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, menelaan masalah-masalah
yang berkaitan erat dengan pelayanan bimbingan, dan kekerja dengan pihak-pihak
lain yang terkait dengan penerapan bimbingan terpaqdu di madrasah/sekolah.
2) Kegiatan manajemen, merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara
dan melaksanakan bimbingan dan konseling yang terintegrasi secara efektif dalam
pembelajaran di kelas. Kegiatan manajemen ini diarahkan pada pengembangan
program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya masyarakat, pengembangan
dan penataan kebijakan, prosedur, dan pedoman tertulis.
Dalam implementasinya di madrasah/sekolah, masing-masing bidang pelayanan
memiliki alokasi waktu, seperti untuk: (1) Pelayanan dasar bimbingan adalah 55-55%;
(2) Pelayanan responsif (20%-30%); (3) Layanan perencanaan individual (5% -10%);
dan (4) Pendukung Sistem (10%-15%).
Keempat komponen pelayanan utama bimbingan dan konseling seperti diuraikan di
atas, dalam implementasinya didukung oleh layanan-layanan yang lainnya, yaitu:
a. Layanan pengumpulan data
Layanan ini merupakan kegiatan awal dalam bentuk menghimpun informasi tentang
peserta didik beserta latar belakangnya. Pengumpulan data tentang peserta didik
merupakan identifikasi awal tentang identitas peserta didik, kemampuan, bakat dan
minat, beserta latar belakang keluarganya. Layanan pengumpulan data bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang objektif terhadap peserta didik dan membantu mereka
agar dapat berkembang secara optimal.
210
Bimbingana dan Konseling
b. Layanan orientasi dan pemberian informasi
Kegiatan ini merupakan layanan pertama yang diberikan kepada peserta didik. Pada
saat peserta didik memasuki sekolah sangat membutuhkan informasi tentang sekolah,
seperti kurikulum, cara belajar, tata tertib, guru-gurunya dan fasilitas sekolah yang dimiliki
(perpustakaan, ruang belajar, ruang guru, WC, dsb). Layanan ini bertujuan agar peserta
didik memiliki informasi yang memadai tentang dirinya dan lingkungannya. Layanan ini
sangat strategis agar peserta didik dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Layanan ini disampaikan juga kepada orangtua
agar dapat membantu putra putinya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
terutama dalam mengikuti pembelajaran. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan
pada waktu peserta didik memasuki sekolah dan akan diulang pada setiap tahun ajaran
baru, namun pelayanan informasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
c. Layanan Penempatan
Layanan Penempatan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mendapatkan
tempat atau penyaluran yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dapat
mengembangkan dirinya secara optimal. Perkembangan optimal ini akan dapat dicapai
bilamana individu berada pada posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi, bakat,
minat dan kemampuannya. Program layanan penempatan merupakan kelanjutan dari
layanan orientasi dan informasi ini. Jika layanan orientasi memberikan infomasi secara
umum, seperti tentang cara-cara belajar yang efektif, belajar kelompok, menyalurkan
bakat dan minat, sedangkan layanan penempatan lebih memperhitungkan alternatif
kemungkinan penempatan peserta didik secara individual, dengan melalui pengukuran
terhadap kemampuan, bakat dan minat, serta kemungkinan-kemungkinan khusus lainnya.
Beberapa jenis layanan penempatan bagi peserta didik di MI/SD, yaitu :
1) Layanan penempatan dalam belajar di kelas
Dalam kegiatan belajar di kelas, terkadang ada peserta didik yang mengalami
kesulitan menentukan pilihan kelompok belajar, posisi duduk, kegiatan belajar, dsb.
Untuk menghadapi peserta didik yang demikian, layanan penempatan dapat memberikan
bantuan. Peserta didik yang baru masuk kelas I MI/SD, mereka datang dari latar belakang
lingkungan dan pengalaman yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang
sebelumnya pemah masuk TK/TKA, akan tetapi tidak sedikit yang belum pernah memasuki
TK/TKA. Oleh karena itu, mereka memasuki MI/SD dengan membawa kemampuan awal
yang berbeda, terutama pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Keadaan ini
harus dihadapi dengan bijaksana, sehingga setiap peserta didik mendapatkan posisi yang
tepat dan mereka mendapatkan suasana belajar yang menyenagkan. Guru kelas harus
mampu menempatkan peserta didik secara tepat. Jika diperlukan ada tes sederhana
tentang kemampuan calistung, tetapi bukan untuk seleksi masuk kelas I MI/SD. Hasil tes
Bimbingana dan Konseling
211
dapat digunakan untuk penempatan posisi duduk dan kelompok belajar di kelas. Peserta
didik yang pandai dapat menjadi tutor sebaya bagi temannya yang lain, atau dapat
dijadikan pertimbangan untuk pembagian kelas biasa dengan kelas unggulan. Proses
menempatkan peserta didik ini harus dipertimbangkan yang matang berdasarkan data
atau informasi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam mengambil
keputusan.
2) Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler
Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler sangat diperlukan agar peserta
didik memperoleh kegiatan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Oleh
karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang kemampuan,
bakat dan minat setiap peserta didik binaannya, sehingga dapat menempatkan peserta
didik pada kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai. Kegiatan ekstra kurikuler di MI/SD
dapat dikempokka dalam beberapa macam, sepeiti olah raga, kesenian (seni tari, seni
suara, seni musik, seni gambar), kelompok ilmiah remaja, pramuka dan lain sebagainya.
Dengan adanya penempatan peserta didik pada kegiatan ekstra kurikuler secara tepat,
diharapkan akan mengembangkan kemampuan secara optimal.
d. Layanan konseling
Layanan ini hanya dapat diselenggarakan oleh guru pembimbing profesional, yaitu
guru yang berlatar belakang pendidikan sarjana bimbingan dan konseling. Layanan ini
dapat secara individual maupun kelompok, bagi peserta didik yang memiliki masalah
pribadi. Tujuan layanan konseling adalah untuk membantu peserta didik agar dapat
memecahkan masalahnya sendiri. Layanan konseling sering disebut merupakan kegiatan
inti dari keseluruhan layanan bimbingan, karena bantuan melalui konseling langsung
berkenaan dengan pribadi setiap peserta didik.
e. Layanan referal
Referal atau alih tangan merupakan layanan dengan melimpahkan masalah kepada
pihak yang lebih mampu dan berwenang. Layanan referal ini dilakukan apabila masalah
yang dihadapi peserta didik di luar kemampuan atau kewenangan guru atau guru
pembimbing MI/SD. Menumt Surya (1986; 24) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam layanan referal, yaitu:
1) Referal harus disertai dengan data yang lengkap tentang peserta didik dan masalah
yang dihadapinya.
2) Referal harus disertai dengan surat pengantar yang menjelaskan tujuan referal.
3) Referal harus disetujui oleh peserta didik yang bersangkutan, dan orang tua kalau
perlu.
212
Bimbingana dan Konseling
4) Layanan referal harus tetap menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Pihak yang
dirujuk harus tetap menjalin hubungan dengan pihak sekolah.
5) Pihak yang dirujuk harus memberikan laporan terperinci tentang perkembangan dan
hasil upaya rujukan itu kepada pihak sekolah. Laporan tersebut penting diketahui dan
dijadikan bahan untuk memberikan perlakuan yang berkesinambungan di sekolah
dan di rumah.
f. Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Evaluasi dan tindak lanjut erupakan layanan untuk menilai keberhasilan program
bimbingan yang telah dilaksanakan. Melalui evaluasi, dapat diketahui program yang tidak
mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, sehingga dapat dianalisis dan ditentukan
untuk program tindak lanjutnya.
Tujuan dilaksanakannya layanan evaluasi dan tindak lanjut adalah:
1) Untuk mengertahui apakah program layanan sudah dapat dilaksanakan dengan baik
?
2) Untuk mengatahui efektifitas layanan yang sudah diberikan.
3) Untuk mengetahui kontribusi layanan bimbingan terhadap program sekolah.
4) Untuk mendorong kepala sekolah dan seluruh personal sekolah dalam melakukan
perbaikan-perbaikan layanan dan program sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
5) Dengan evaluasi seluruh guru diharapkan dapat menyadari akan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing sebagai pelayan kebutuhan peserta didiknya.
6) Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu dimasukkan dalam program
layanan bimbingan selanjutnya.
2. Struktur Program Bimbingan di MI/SD
Penyusunan program bimbingan dan konaseling di madrasan/sekolah dimulai dari
kegiatan asesmen yaitu kegiatan mengidentifikasi-menganalisis aspek-aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen ini
mencakup :
a. asesmen lingkungan, yaitu kegiatan mengidentifikasi harapan madrasah/sekolah
dan masyarakat (orangtua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung, kondisi/
kualifikasi guru, dan kebijakan pimpinan madrasah/sekolah;
b. asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik
peserta didik, seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan,
motif-motivasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (olahraga, seni,
keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas
perkembangannya sebagai dasar untuk memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling secara terpadu dalam pembelajaran di kelas.
Bimbingana dan Konseling
213
Berikut ini adalah struktur utuh pengembangan program di madrasan/sekolah
yang berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Dalam merumuskan program bimbingan dan konseling di MI/SD, struktur
dan isi atau materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik di setiap madrasah/sekolah.
1. Rasional
Berisikan rumusan dasar pemikiran tentang pentingnya bimbingan dan konseling
dalam keseluruhan program madrasah/sekolah, yang mencakup konsep dasar yang
digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran atau implementasi
kurikulum, dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial-budaya terhadap
kehidupan masyarakat, dan hal-hal lain yang relevan.
2. Visi dan Misi
Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke
dalam fokus isi, yaitu :
a. Visi : Membangun iklim madrasah/sekolah bagi keberhasilan seluruh peserta
didik.
b. Misi : Mamfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi
di bidang akademik, pribadi-sosial dan karir berlandaskan pada tata kehidupan
etis-normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Deskripsi Kebutuhan
Berisikan rumusan hasil penilaian kebutuhan (need assessment) peserta didik dan
lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta
didik.
4. Tujuan
Berisikan rumusan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling
secara terpadu dalam pembelajaran di kelas. Tujuan yang dirumuskan, hendaknya
mencakup tiga tataran, yaitu :
a. Penyadaran, untuk membangun pengetahuan adan pemahaman peserta didik
terhadap,perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai.
b. Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan
perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya.
c. Tindakan, yaitu mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan
kompetensi baru itu dalam tindaklan nyata sehari-hari.
5. Komponen Program
Program bimbingan dan konseling di madrasan/sekolah mencakup:
214
Bimbingana dan Konseling
a. Komponen pelayanan dasar bimbingan
b. Komponen pelayanan responsif *)
c. Komponen perencanaan individual
d. Komponen dukungan sistem (manajemen).
6. Rencana Operasional
Rencana kegiatan diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program bimbingan dan
konseling berjalan secara efektif dan efisien, meskipun implementasi di SD masih
terpadu dalam proses pembelajaran di kelas. Rencana kegiatan adalah uraian detil
dari program yang menggambarkan struktur program, baik kegiatan di madrasah/
sekolah maupun luar madrasah/sekolah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
tugas perkembangan atau kompetensi tertentu.
7. Pengembangan Tema/Topik
Tema atau topik merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan
yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan, dirumuskan dalam bentuk materi
untuk setiap komponen program.
8. Pengembangan Satuan Pelayanan
Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik, dibuat tersendiri atau
diintegrasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
9. Evaluasi
Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar tujuan yang
ingin dicapai, sedangkan evaluasi program difokuskan pada tingkat keterlaksanaan
program.
10. Anggaran
Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara
cermat, rasional, dan realistik.
Berdasarkan paparan di atas, berikut ini ditampilkan contoh program bimbingan
di MI/SD yang dalam implementasinya terintegrasi dalam proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru kelas.
Bimbingana dan Konseling
215
CONTOH PROGRAM BIMBINGAN DI MI/SD
No Jenis Layanan Bimbiagan
1
2
8
Semester 1
9 10
11
12
1
2
Semester 2
3 4
3.1 Identifikasi kemampuan
peserta didik
3.2 Penempalan peserta didik
a. Kelas Biasa
b. Kelas Unggulan
4
5
6
3
Penyusunan program
Himpunan data, orientasi dan
informasi
a. Orientasi dan informasi bagi
kelas 1
b. Pemberian informasi kepada
orang tua
Penempatan/Penyaluran
7
8
9
216
c. Tempat Duduk
d. Kegiatan Ekstrakurikuler
Bimbingan untuk
pengembangan penguasaan
tugas-tugas perkembangan
Bimbingan Belajar
a. Diagnostik dan pengajaran
remedial
b. Pengayaan
Konseling
a. Peserta didik yang
mengalami hambatan sosial
pribadi
b. Peserta didik yang
mengalami hambatan dalam
pengembangan moral
c. Peserta didik yang
mengalami hambatan dalam
perkembangan fisik
Bimbingan Karir
a. Identifikasi Bakat dan
kemampuan Peserta didik
b. Pengenalan Lingkungan
Sekolah
c. Persiapan memilih SLTP
Kerjasana dengan orang tua/
masyarakat
Alih tangan kasus
7
X
X
X
X
X
X
X
5
6
X
X
X
X
Ket.
1 s.d 12
Bulan Jan.
s.d dcs,
X - Waktu
Pelaksanaan
X
?
X
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
Pelaksanaan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
Bimbingana dan Konseling
10
12 Tindak lanjut
11 Analisis hasil pelaksanaan
bimbingan
Evaluasi pelaksanaan
bimbingan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Dari program umum bimbingan dan konseling di MI/SD seperti contoh di atas,
dijabarkan kembali menjadi program khusus di antaranya adalah:
a. Pengumpulan data peserta didik
Data tentang peserta didik merupakan informasi awal yang sangat diperlukan oleh
pihak guru/sekolah berkenaan dengan segala karateristik peserta didik, baik datas
atau informasi tentang keadaan aspek pisik-jasmaniah maupun psikis-ruhaniah
seperti dijelaskan terdahulu. Data tersebut di atas diperlukan mulai saat anak masuk
sekolah di awal tahun ajaran, sehingga sekolah dapat membuat program sesuai
dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik.
b. Layanan orientasi dan pemberian informasi
Layan orientasi pada setiap jenjang kelas sangat diperlukan terutama pada peserta
didik kelas 1 yang baru pertama kali memasuki tingkat sekolah yang sesungguhnya.
Kesan tentang sekolah harus baik atau positif dan menyenangkan sehingga peserta
didik tidak merasa asing atau takut tentang lingkungan barunya, seperti tentang guru,
fasilitas yang dimiliki sekolah, tata tertib, cara belajar dsb. Keikutsertaan orangtua
dalam kegiatan orientasi sangat diperlukan untuk membantu putra-putrinya dalam
menyesuaikan diri dengan sekolah.
c. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan ini perlu dikembangkan di MI/SD sejak memasuki sekolah sampai
menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut, baik penempatan/penyaluran pada
kegiatan intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. Melalui layanan ini, diharapkan
peserta didik MI/SD ini terfasilitasi proses perkembangan perilaku dan pribadinya
secara optimal.
Bimbingana dan Konseling
217
LATIHAN
Untuk memperdalam. materi yang baru saja anda baca dan pelajari, silakan anda
mengerjakan lalihan di bawah ini:
1. Jelaskan makna pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, dan perencanaan
individual di MI/SD !
2. Beri penjelasan kemungkinan implementasi program bimbingan dan konseling di
MI/SD !
3. Apa saja jenis dan kelengkapan administrasi yang akan menunjang pelaksanaan
bimbingan di MI/SD ?
4. Kemukakan komponen struktur utuh program bimbingan di MI/SD !
RANGKUMAN
Struktur program bimbingan di MI/SD terdiri dari 4 komponen kegiatan utama,
yaitu:
1. Layanandasarbimbingan,yaitulayananyangmembantupesertadidikmengembangkan
perilaku efektif dan keterampilan dasar untuk kehidupan yang mengacu kepada
tugas-tugas perkembangan peserta didik SD.
2. Layanan responsif, yaitu layanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik
dalam bentuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang
dirasakan pada saat itu.
3. Layanan perencanaan individual, yaitu membantu peserta didik membuat rencana
pendidikan secara tepat dan mengimplentasikan rencana-rencana pendidikannya itu
secara terarah.
4. Dukungan sistem, merupakan kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan , hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program,
penelitian dan pengembangan.
Keempat komponen layanan utama bimbingan di atas perlu didukung oleh layanan
yang lainnya, yaitu: l) pengumpulan data; 2) layanan orientasi dan pemberian informasi;
3) layanan penempatan; 4) konseling; 5) referral, 6) evaluasi dan tindak lanjut. Program
bimbingan tidak akan berjalan dengan baik bilamana tidak didukung oleh organisasi dan
administrasi bimbingan memadai.
218
Bimbingana dan Konseling
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !
1. Program bimbingan di sekolah merupakan :
A. bagian yang integral dari program pendidikan;
B. bagian yang terpisah agar mudah mengaturnya;
C. program yang dikelola oleh lembaga khusus bimbingan;
D. kegiatan yang dilakukan sementara sesuai denga kebutuhan.
2. Komponen pelayanan bimbingan yang ditujukan untuk membantu permasalahan
peserta didik yang dirasakan pada saat ini adalah :
A. pelayanan dasar bimbingan; C. perencanaan individual;
B. pelayanan responsif; D. dukungan sistem.
3. Layanan pemberian informasi mencakup berbagai informasi yang diperlukan peserta
didik untuk mendukung keberhasilan belajarnya, kecuali :
A. cara-cara belajar yang efektif; C. pemanfaatan dan pengaturan keuangan;
B. pemanfaatan waktu luang ; D. membuat cacatan yang teratur.
4. Penyelenggaraan administrasi bimbingan di sekolah bertujuan agar:
A. layanan bimbingan dapat dilaksanakan secara ideal;
B. mendukung kelancaran pelaksanaan program bimbingam;
C. menciptakan hubungan administratif yang jelas dan tegas;
D. setiap petugas bimbingan menyadari peranannya masing-masing.
5. Program bimbingan dan konseling di MI/SD sebaiknya diorganisasikan sesuai dengan
:
A. situasi dan kondisi sekolah setempat;
B. juklak atau juknis dari Dinas Pendidikan;
C. kebutuhan dan permasalahan peserta didik;
D. visi, misi dan tujuan sekolah yang dicanangkan.
6. Pernyataan yang dirumuskan untuk membangun iklim madrasah/sekolah bagi
keuksesan seluruh peserta didik, disebut :
A. Misi C. deskripsi kebutuhan
B. Visi D. tujuan pelayanan
7. Berikut ini merupakan tujuan pelayanan dasar bimbingan bagi peserta didik, kecuali :
A. memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya;
B. mampu membuat rencana kegiatan sesuai dengan nilai dan kebutuhannya;
C. mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya;
Bimbingana dan Konseling
219
D. mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupmnya.
8. Kegiatan-kegiatan berikut merupakan fokus pelayanan perencanaan individual pada
aspek akademik, kecuali :
A. menumbuhkan sikap positif terhadap belajar;
B. memanfaatkan keterampilan belajar;
C. memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat;
D. membiasakan diri bekerja dengan tekun.
9. Kegiatan-kegiatan berikut merupakan fokus pelayanan perencanaan individual pada
aspek karir, kecuali :
A. memahami segala kekuatan dan kelemahan diri sendiri;
B. mengeksplorasi lingkungan sekitar tempat tinggal
C. memupuk kebiasaan belajar yang efektif;
D. pengambilan keputusan secara tepat.
10. Fokus pelayanan perencanaan individual pada aspek Pribadi-sosial, yaitu:
A. pembiasaan belajar bekompok;
B. pengembangan konsep diri yang positif;
C. mengadakan kunjungan persahabatan;
D. pengarahan diri pada aktivitas yang bermanfaat.
220
Bimbingana dan Konseling
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang ada pada
bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
RUMUS
Tingkat Penguasaan = -------------- x 100%
10
Makna Tingkat Penguasaan: 90%-100% = Baik Sekali; 80 % - 89 % = Baik;
- 79 % = Cukup; dan < 69 % = Kurang.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih
di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
70 %
Bimbingana dan Konseling
221
222
Bimbingana dan Konseling
2
KETERPADUAN PROGRAM BIMBINGAN
DI MI/SD
1. Program Bimbingan Terpadu
Seperti dimaklumi, bahwa sampai saat ini masih jarang ada MI/SD yang memiliki guru
pembimkbing profesional yang berlatar belakang pendidikan sarjana bimbingan dan
konseling. Oleh karena itu, pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan
tugas guru kelas, yang implementasinya diintegrasikan dalam proses pembelajaran di
kelasnya. Dalam keadaan yang demikian, maka guru kelas hendaknya dapat memadukan
antara program layanan bimbingan dan konseling dengan program pembelajaran yang
dirancangnya. Walaupun demikian, dalam praktik pelaksanaan program bimbingan di
sekolah membutuhkan kemampuan guru dan dukungan manajerial. Sehubungan dengan
itu, dalam mensinergiskan program bimbingan dengan program dan praktik pembelajaran
di sekolah/kelas, hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut.
a. Aspek program bimbingan
Program bimbingan di MI/SD harus disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik
dan masalah nyata yang terjadi di sekolah. Program bimbingan di MI/SD mempunyai
kekhasan tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di MI/SD itu sendiri,
baik dilihat dari segi petugas, fasilitas yang tersedia dan karakteristik peserta didiknya.
Menurut Dickmeyer and Caldwell (Ahman, 1998) bahwa ada beberapa faktor yang
membedakan antara bimbingan di MI/SD dengan di sekolah menengah, yaitu : pertama,
bimbingan di MI/SD lebih menekankan pada peranan guru dalam menerapkan fungsi
bimbingan; kedua, fokus bimbingan di MI/SD lebih menekankan pada pengembangan
pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif
dengan orang lain; ketiga, bimbingan di MI/SD lebih banyak melibatkan orangtua
peserta didik, mengingat pentingnya pengaruh orangtua dalam kehidupan anak selama
di MI/SD; keempat, bimbingan di MI/SD hendaknya memahami kehidupan anak secara
unik; kelima, program bimbingan di MI/SD hendaknya peduli terhadap kebutuhan
Bimbingana dan Konseling
223
dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri,
serta memahami kelebihan dan kekurangan diri; keenam, program bimbingan di MI/SD
hendaknya meyakini bahwa usia MI/SD merupakan tahapan yang sangat penting dalam
tahapan perkembangan anak.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat tugas yang
harus diselesaikan peserta didik MI/SD dapat dijadikan sebagai panduan utama dalam
pengembangan program bimbingan di MI/SD.
b. Aspek Ketenagaan
Sehubungan dengan perlunya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling,
maka pada umumnya guru MI/SD mempunyai tugas ganda, sebagai pelaksana pelayanan
bimbingan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan target kurikulum
yang harus dicapai. Sebenarnya guru MI/SD sebagai guru kelas memiliki peluang-
kesempatan luas untuk memahami karakteristik setiap peserta didik di kelasnya. Oleh
karena itu, guru MI/SD perlu memiliki pemahaman yang tepat dan keterampilan yang
memadai untuk melaksanakan layanan bimbingan yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Pada akhirnya, guru MI/SD hendaknya dapat menerapkan layanan bimbingan dalam
kegiatanpembelajaranyangdilaksanakandikelas;ataugurumerancangdanmelaksanakan
proses pembelajaran yang bernuansakan bimbingan dan konseling di kelasnya.
c. Aspek teknis/prosedural
Prosedur/teknik yang dapat dikembangkan dalam implementasi layanan bimbingan
dan konseling pada peserta didik MI/SD adalah dengan melalui pendekatan terpadu
atau terintegrasi. Prosedur ini memadukan antara pendekatan/teknik instruksional
dalam pembelajaran dengan pendekatan/teknik interpersonal atau transaksional dalam
bimbingan dan konseling. Agar guru MI/SD dapat memainkan peran gandanya secara
profesional, maka di samping terampil dalam menerapkan strategi/teknik pembelajaran,
juga perlu memiliki kemampuan dasar pada strategi/teknik pelayanan bimbingan dan
konseling. Dengan demikian, maka guru MI/SD diharapkan dapat menerapkan layanan
bimbingan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.
Guru menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan dapat memadukan layanan
bimbingan ke dalam proses pembelajarannya itu, seperti melalui pengelompokkan
belajar, diskusi kelompok, permainan terpadu, tugas kerja kelompok, pengajaran unit
atau pembelajaran tematik, dsb. Dalam penelitian yang dilaksanakan Ni'mah (2000) di
SD kelas rendah , dapat diterapkan layanan bimbingan pribadi-soial melalui KBM, dengan
cara menggunakan metode pembelajaran diskusi, kerja kelompok dan permainan, peserta
didik dibimbing untuk belajar menyesuaikan diri dengan teman, bekerjasama, berbagi
tugas, dan belajar untuk berani tampil mengerjakan tugas di depan kelas.
224
Bimbingana dan Konseling
d. Daya dukung lingkungan
Program pelayanan bimbingan di MI/SD akan memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan pendidikan, jika didukung oleh pihak yang terlibat dalam sistem
yang ada di sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat dan pemerintah,
baik dalam pendanaan maupun penyediaan fasilitas pendukung yang diperlukan. Hal ini
mengindikasikan, bahwa ciri layanan bimbingan di MI/SD itu tidak terlepas dari peran
serta masyarakat dan orangtua peserta didik di samping guru kelas.
e. Organisasi Bimbingan di MI/SD
Organisasi dan administrasi merupakan perangkan penyelenggaraan bimbingan di
sekolah yang semestinya dikelola secara efektif. Manajemen organisasi dan administrasi
yang baik, diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan bimbingan di
MI/SD yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Organisasibimbingandalammaknaluasdapatdiartikansebagaiusahapenyelenggaraan
program bimbingan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjamin
kelancaran program bimbingan di MI/SD diperlukan adanya organisasi bimbingan.
Organisasi bimbingan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan sedemikian rupa sehingga sesuai
b.
c.
d. Penanggung jawab organisasi bimbingan adalah kepala sekolah
e. Program bimbingan harus diorganisasikan dengan baik, sehingga memungkinkan
seluruh personal yang ada di sekolah, dan dengan masyarakat dapat bekerjasama
dengan baik
f. Organisasi bimbingan di SD disesuaikan dengan personil yang ada, keadaan peserta
didik dan sarana serta prasarana.
2. Uraian tugas personil bimbingan
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai peranan sebagai penanggung jawab seluruh program
pendidikan di sekolah, termasuk di dalamnya layanan bimbingan. Dalam hubungannya
dengan program bimbingan dan konseling, fungsi dan peranan kepala sekolah dapat
digambarkan sebagai berrkut:
1) Mengkoordinasikan kegiatan layanan bimbingan.
2) Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan.
Bimbingana dan Konseling
225
dengan situasi dan kebutuhan setempat.
Layanan bimbingan hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah
Diperlukan kerjasama antara personal sekolah dalam pelaksanaan organisasi
bimbingan
3) Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan.
4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut.
5) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan
bimbingan.
b. Guru Kelas/Pembimbing
Sebagai pelaksana dalam program bimbingan di MI/SD, guru kelas/ pembimbing
memiliki tngas yaitu:
1) Merencanakan dan membuat program bimbingan.
2) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru.
3) Melakukan kerja sama dengan orangtua dalam memberikan layanan bimbingan
kepada peserta didik.
4) Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengintegrasikan pada mata
pelajaran masing-masing.
5) Menilai proses dan hasil layanan bimbingan.
6) Menganalisis hasil penilaian layanan bimbingan.
7) Melaksanakan tindak lanjut atau alih tangan berdasarkan hasil penilaian.
8) Membantu peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler.
c. Guru mata Pelajaran
Sebagai personil guru mata pelajaran mempunyai tugas yang penting dalam aktivitas
bimbingan, yaitu:
1) Melaksanakan layanan bimbingan melalui kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya
2) Berkonsultasi dengan guru kelas/guru pembimbing dalamhal masalah-masalah
yang berkaitan dengan bimbingan
3) Bekerjasama dengan guru kelas/guru pembimbing dalam hal pengembangan
program bersama/terpadu
d. Pengawasan
Pengawasan sangat diprelukan untuk menjamin terlaksananya layanan secara tepat.
Pengawasan dilakukan baik secara teknis maupun administratif. Fungsi pengawasan
adalah memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
layanan bimbingan di MI/SD. Pengawasan dilaksanakan oleh dinas pendidikan secara
berjenjang. Tingkat kecamatan dilakukan oleh pengawas MI/SD Dinas Pendidikan
Kecamatan setempat.
226
Bimbingana dan Konseling
3. Sarana dan Prasarana
Keberhasilan sebuah program bimbingan tidak terlepas dari dukungan tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana administratif yang diperlukan untuk
menunjang pelayanan bimbingan sebagai berikut:
a. Alat pengumpul data
Alat pengumpul data yang diperlukan di MI/SD yaitu pedoman observasi, angket,
catatan anekdot, pedoman wawancara, tes hasil belajar, sosiometri, daftar cek
masalah, skala penilaian, biografi dan autobiografi.
b. Alat penyimpan data
Bentuk alat penyimpan data yaitu buku pribadi, kartu pribadi, dan map. Bentuk
kartu pribadi dapat dibuat dalam ukuran dan warna tertentu, sehingga mudah untuk
disimpan dalam filling cabinet. Sedangkan map diperlukan untuk menyimpan berbagai
informasi pribadi masing-masing peserta didik. Buku pribadi berisikan berbagai data
tentang peserta didik dari mulai identitas, keadaan keluarga, penyakit yang pemah
diderita, potensi dan prestasi yang diraih, dan lain sebagainya.
c. Kelengkapan penunjang teknis, seperti dokumen data data/informasi, paket
bimbingan dan alat bantu bimbingan.
d. Perlengkapan administrasi, seperti alat-alat tulis, format satuan layanan dan kegiatan
pendukung serta blangko laporan kegiatan, blangko surat, kartu konsultasi, kartu
kasus, blanko konferensi kasus dan agenda surat.
e. Sarana penunjang, seperti ruang bimbingan. Andaikata ruang bimbinga tidak ada,
maka dapat digunakan ruang kantor/guru, atau ruang kelas. Dalam kondisi ideal,
ruang bimbingan harus dilengkapi dengan ruang konseling, ruang konsultasi, ruang
bimbingan kelompok, ruang tamu, ruang dokumentasi dan ruang diskusi. Ruang
bimbingan harus dilengkapi dengan meja, kursi, lemari, rak penyimpan data, papan
tulis, dan sebagainya.
4. Pendanaan
Dana atau anggaran biaya sangat diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana,
perlengkapan administra, kunjunganm mmah (home visit), penyusunan laporan
kegiatan, transportasi dan lain-laia.
5. Kerjasama
Kerjasama anatara guru/pihak sekolah dengan orang tua peserta didik, dan dengan
lembaga atau instansi terkait, sepeiti Dinas Pendidikan.
Bimbingana dan Konseling
227
LATIHAN
Untuk memperdalam materi yang baru saja anda bacadan pelajari, silakan anda
mengerjakan latihan di bawah ini:
1. Menjelaskan tentang implementasi program BK dalam KBM.
2. Menjelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di SD
RANGKUMAN
Jarang ada SD yang memiliki petugas bimbingan yang khusus/tersendiri, maka tugas
program bimbingan merupakan tugas untuk guru kelas, yang sekaligus menjadi tenaga
pengaj ar. Dengan keadaan yang demikian maka gum hendaknya dapat memadukan antara
program layanan bimbingan dengan KBM. Walaupun demikian program bimbingan di
sekolah membuainkan kemampuan dan dukungan manajerial, maka ada beberapa hal
yang hams diperhatikan, yaitu: (1) Aspek program, bertolak dari kebutuhan dan masalah
yang ada di sekolah; (2) Aspek ketenagaan, guru kelas dipandang sebagai personil
yang paling melaksanakan layanan bimbingan, dengan demikian guru hams memiliki
pemahaman yang tepat untuk melaksanakan layanan bimbingan; (3) Aspek prosedur/
teknik, perlu adanya keterpaduan antara pendekatan dan teknik instaiksional dengan
transaksional dan (4) Daya dukung lingkungan, layanan bimbingan perlu bantuan dan
dukungan managerial, social, dan sarana fisik.
228
Bimbingana dan Konseling
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Merencanakan program bimbingan beserta sarana penunjangnya merupakan peran
kepala sekolah sebagai ........
A. Administrator C. Organisator
B. Supervisor D. Manajer
2. Layanan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dasar untuk
kehidupan adalah tujuan layanan:
A. Layanan respoasif C. Layanan perencanaan individual
B. Layanan dasar bimbingan D. Dukungan sistem
3. Menyerahkan peserta didik yang bermasalah kepada yang lebih mampu dan
berwenang adalah layanan:
A. Referal C. Penempatan
B. Konseling D. Layananinformasi
4. Kartu pribadi, dalam layanan bimbingan adalah disebut:
A. Alat pengumpul data C. Alat dokumen
B. Alat penyimpan data D. Perlengkapan teknis
5. Pengawasan dalam pelaksanaan bimbingan dilakukan dengan teratur agar kegiatan
bimbingan dapat....
A. terarah pada tujuan C. teramati kesalahannya
B. terkendali prosesnya D. terjamin keberhasilannya.
6. Hal-hal berikut merupakan alat pengumpul data non-tes, kecuali:
A. pedoman observasi; C. pedoman wawancara;
B. tes hasil belajar; D. skala penilaian.
7. Blangko laporan kegiatan merupakan kelengkapan sarana pelayanan bimbingan yang
8. Berikut ini lebih merupakan sarana penunjang pelayanan bimbingan, kecuali:
berfungsi secagai :
A. alat pengumpul data;
B. alat penyimpan data;
A. ruang konsultasi;
B. ruang bimbingan kelompok;
C. kelengkapan administrasi;
D. kelengkapan penunjang teknis.
C. ruang koordinator BK;
D. ruang dokumentasi.
Bimbingana dan Konseling
229
9. Pengawasan pelayanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi sebagaio berikut,
kecuali:
A. memantau dan menilai pelaksanaan layanan BK;
B. memperbaiki pelaksanaan layanan BK;
C. meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan BK;
D. menilai kemampuan guru dalam melaksanakan layanan BK.
10.`Fungsi utama guru kelas dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan di madrasah/
sekolah, adalah :
A. melaksanakan konseling kepada siswa yang bermasalah;
B. merencanakan dan membuat program bimbingan.
A. bekerja sama dengan orangtua dalam melaksanakan layanan bimbingan;
B. melaksanakan layanan bimbingan secara terintegrasi dalam pembelajaran
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang ada pada
bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.
RUMUS
Tingkat Penguasaan = -------------- x 100%
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda telah dapat semua
Kegiatan Belajar dengan baik ! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
Makna Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali;
80 % - 89 % = Baik;
70 % - 79 % = Cukup;
< 69 % = Kurang.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
230
Bimbingana dan Konseling
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1
1. A
2. B
3. C
4. B
5. C
6. B
7. B
8. D
9. C
10. B
TES FORMATIF 2
1. A
2. B
3. A
4. B
5. A
6. B
7. C
8. C
9. D
10. D
Bimbingana dan Konseling
231
232
Bimbingana dan Konseling
Glosarium
Achievement Test
Actual ability
Actual self
Akurat
Anecdotal record
Aptitudes
Attention
Autonomy vs shame and doubt : mandiri vs malu dan ragu, tahapan perkembangan
individu yang dikemukakan oleh Erikson dengan teori
Counseling interview
Cronological age
Psikososialnya. Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil
dalam tugas perkembangannya akan mandiri sementara
kalau tidak akan malu atau ragu.
: Wawancarakonseling merupakandialogantaragurudengan
murid dengan maksud membantu murid memecahkan
masalah yang dihadapinya, yang biasanya berfokus pada
perubahan sikap dan perilaku murid.
: umur kronologis (disingkat CA); yaitu umur seseorang
(murid) sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari
kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
Bimbingana dan Konseling
233
: Tes yang mengukur hasil/prestasi belajar yang ditampilkan
murid selama atau setelah proses pembelajaran
berlangsung, dapat berupa nilai (1-10 atau 1-100) hasil
pengerjaan Lembaran Kerja Siswa (LKS) dan tugas lainnya
selama proses pembelajaran berlangsung berlangsung atau
nilai hasil ulangan/ post tes.
: Kecakapan aktual/ nyata yaitu kecakapan siswa yang
dengan segera dapat didemonstrasikan
: diri yang nyata artinya kondisi yang nyata yang dimiliki oleh
siswa, baik berupa potensi fisik maupun psikhis.
: tepat, digunakan untuk alat pengumpul data (instrumen)
atau data yang telah dikumpulkan yang tepat sesuai dengan
kondisi objektif
: Hasil pencatatan observasi sehari-hari yang ditulis oleh
guru tentang perilaku siswa dalam satu kegiatan tertentu
: bakat, kecakapan khusus yang dimiliki siswa
: perhatian, dapat diartikan kemampuan siswa untuk
memberi perhatian kepada siswa lain dalam satu interaksi
sosial antar siswa
Cummulative record
Daily observatian
: catatan pribadi siswa yang berisi tentang semua data
lengkap tentang siswa, dapat disimpan dalam buku, kartu
atau komputer/ CD/soft file.
: Observasi Sehari-hari yaitu observasi yang tidak
Debil (moron)
Development
: perkembangan
direncanakan dengan seksama, tetapi dikerjakan sambil
mengerjakantugasrutinguru(mengajar),jugatidakmemiliki
pedoman dan dilaksanakannya secara insidental terhadap
tingkah laku murid yang menonjol atau menyimpang pada
saat pembelajaran. Juga tidak dipersiapkan kapan akan
dilakukan dan bagaimana prosesnya.
: murid dengan kecerdasan yang masih mendekati murid
normal yang berusia sekitar 9 - 10 tahun.
atau
pengembangan.
Diartikan
Diagnosis
Diciplinary interview
Dyad
Encouragement
General intelligence
Hazard
Home visit
234
: hasil sosiometri, dua orang siswa dalam satu kelas atau
kondisi/ situasi tertentu (misalnya pembentukkan
kelompok belajar, kelompok ekstra kurikuler, karyawisata)
yang saling memilih.
: Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan
pada proses mendorong perkembangan siswa.
: Abilitas dasar atau kecakapan dasar umum, kemampuan
siswa untuk dapat memecahkan masalah secara umum.
: hambatan dalam perkembangan siswa, dapat berupa fisik,
psikologis, personal, sosial.
: kunjungan guru ke rumah orang tua siswa dalam rangka
mengumpulkan data tentang siswa, mengkonfirmasikan
data yang berhubungan dengan orang tua.
perkembangan, apabila penekankannya pada perubahan
yang dialami oleh siswa. Diartikan dengan pengembangan,
apabila penekanannya pada fungsi bimbingan untuk
mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa
: merupakan langkah untuk mengetahui ini masalah/
kesulitan yang dihadapi oleh murid dan berbagai faktor
yang melatarbelakanginya.
: Wawancara disiplin merupakan suatu proses wawancara
yang dilakukan guru yang ditujukan untuk menegakkan
disiplin.
Bimbingana dan Konseling
Human relationship
Ideal self
Idiot
Imbecil
Industry vs inferiority
Informational interview : Wawancara pengumpulan data, merupakan tanya jawab
Intelligence Quotient
Intiative vs guilt
: siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial
yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
: gambaran/ keinginan diri yang ideal/ diharapkan.
: siswa dengan kecerdasaran yang mendekati murid normal
berusia di bawah 4 tahun.
: siswa dengan kecerdasaran mendekati murid normal
sekitar usia 5 - 6 tahun;
: produktif vs rendah diri. Tahapan perkembangan individu
yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil dalam tugas
perkembangannya akan produktif menghasilkan sesuatu
dan sebaliknya akan merasa rendah diri.
yang dilakukan antara guru dengan murid dengan maksud
untuk mendapatkan data atau fakta murid.
: ukuran kecerdasar yang biasa disingkat IQ, diperoleh dari
perbandingan umur mental dengan umur kronologis kali
seratus.
: insiatif vs rasa bersalah. Tahapan perkembangan individu
yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil dalam tugas
perkembangannya akan penuh inisiatif tetapi sebaliknya
akan penuh dengan rasa bersalah.
: murid yang tidak ada yang memilih untuk satu kegiatan di
kelas, sebagai hasil sosiometri.
: pengembangan instrument secara standar, seperti mengacu
pada kisi-kisi penyusunan instrument. Uji validitas empiris
dilakukan dengan penilaian/ penimbangan ahli.
: perbaikan, merupakan fungsi bimbingan untuk membantu
siswa yang telah atau sedang mengalami suatu masalah.
: keterampilan pengambilan keputusan untuk penyesuaian
sosial yang memadai sebagai suatu keterampilan hidup
: mengukur atau pengukuran, menggunakan instrumen yang
standar dan akan menghasilkan skor atau angka-angka
Bimbingana dan Konseling
235
Isolated sudent
Judgement
Kuratif
Life skills
Measurement
Mental age
Motorical / kinestetic abilities : gerak motoris siswa.
Non participative observation : Observasi Non-partisipatif , yaitu observasi
Numerical abilities
Objective-based lesson
Outcome-focused
hasil ukur yang menunjukkan tingkat kemampuan, atau
kekuatan dari aspek yang diukur dengan berpegang pada
standar tertentu
: umur mental (disingkat MA); yaitu umur kecerdasan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan
akademik.
Participative observation : Observasi Partisipatif, yaitu observasi dimana observer
Peer group
Placement interview
Potential ability
Preventive and development : pencegahan dan pengembangan yaitu untuk dapat
(guru) berada dalam situasi yang sedang diamati atau turut
serta melakukan apa yang dikerjakan oleh para murid.
: kelompok teman sebaya
: Wawancara penempatan adalah wawancara yang diadakan
dengan maksud membantu dalam penempatan di kelas,
dalam kelompok, kegiatan eksta kurikuler, latihan,
pengerjaan tugas, dll.
: Kecakapan Potensial, dapat berupa kecerdasan dan bakat
melakukan pencegahan murid MI/SD terhadap perilaku/
kegiatan ke arah yang negatif atau menyimpang terlebih
dahulu perlu pemahaman terhadap potensi, kekuatan,
kelemahan, kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki
oleh murid.
: guru memperkirakan/ menentukan jenis bantuan yang
diberikan berdasarkan atas jenis dan tingkat kesulitan/
masalah yang dihadapi.
: angket, merupakan alat pengumpul data secara tertulis.
: bakat bilangan, kemampuan yang dimiliki siswa dalam
mengoperasikan angka-angkat.
: Materi kurikulum diajarkan dengan unit fokus pada hasil
dan pengajaran yang berorientasi tujuan bagi murid dalam
kelompok kecil atau kelas.
: Layanan dasar bimbingan perkembangan memiliki cakupan
dan urutan bagi pengembangan kompetensi murid.
Prognosis
Quesioner
236
Bimbingana dan Konseling
Reinforcement
Remedial teaching
Responsivity
Scholastic aptitude
Self- acceptance
Self- adjustment
Self-direction
Self-improvement
Self-understanding
Self-enhancement
elf-esteem
Self-responsibility
Sharing
Social abilities
Spatial abilities
Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded
: penguatan
: pembelajaran perbaikan untuk meningkatkan penguasaan
kompetensi sesuai dengan yang disyaratkan.
: kemampuan siswa untuk mendengar keluhan atau
pandangan orang lain
: bakat sekolah yang berkenaan dengan kecakapan potensial
khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu
atau mata pelajaran.
: Qona'ah, penerimaan diri Dalam hal ini, murid hendaknya
dapat menerima diri apa adanya potensi-potensi dan
anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan harapan
murid tersebut ataupun tidak.
: penyesuaian diri
: mengarahkan dirinya
: perbaikan diri
: Pemahaman diri. Dalam hal ini, murid dapat memahami
dirinya sendiri akan potensi yang dimiliknya serta
permasalahan yang dihadapinya.
: pengayaan diri
: Harga diri
: tanggung jawab terhadap segalan apa yang telah dilakukan
serta menerima segala konsekuensinya. Murid MI/SD
memiliki keterbatasan dalam menerima tanggung jawab
dirinya.
: Sebagai makhluk sosial, murid memerlukan orang lain
untuk bersama-sama
: tilikan hubungan sosial, siswa yang mempunyai bakat ini
akan sangat mudah untuk melakukan interaksi sosial, relasi
pertemanan.
: bakat tilikan ruang yang dimiliki oleh siswa. Siswa yang
memiliki bakat ini cocok menjadi arsitek, design interior.
Bimbingana dan Konseling
237
Superior atau genius
Systematic observation
Tim oriented
Treatment/terapi
Trust vs mistrust
Tryad
adalahmuridyangbertindakjauhlebihlambatkecepatannya,
dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya,
dibandingkan dengan murid yang lain.
: adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan
dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang
lainnya.
: Observasi Sistematis yaitu observasi yang direncanakan
dengan seksama, serta memiliki pedoman yang berisi
tujuan, tempat, waktu dan butir-butir pertanyaan yang
menggambarkan tingkah laku murid yang diobservasi.
: dalam melaksanakan kegiatan bimbingan guru tidak bekerja
sendiri, tetapi melibatkan personel sekolah lainnya sebagai
team work.
: bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang
mempunyai masalah.
: percaya vs tidak percaya. Tahapan perkembangan individu
yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil dalam tugas
perkembangannya akan tertanam kepercayaan pada orang
lain, sebaliknya apabila tidak akan menjadi siswa yang
selalu curiga pada orang lain, tidak percaya, paranoid.
: hasil sosiometri, tiga orang siswa dalam satu kelas atau
Understanding the individual : pemahaman individu, langkah dalam bimbingan sebelum
Value
Verbal abilities
Verbal test
238
memberikan bantuan, diperlukan memahami secara
seksama berkaitan dengan potensi, kendala,pendukung
yang dimiliki oleh individu.
: mempertimbangkan nilai, artinya dalam bertingkah laku
siswa harus menyesuaikan dengan nilai yang berlaku di
masyarakat, baik nilai social, susila maupun agama.
: kecakapan berbahasa siswa, baik secara lisan, tulisan
maupun isyarat.
: Tes bakat dalam Test Binet-Simon yang mengungkap bakar
verbal siswa.
kondisi/
kelompok belajar, kelompok ekstra kurikuler, karyawisata)
yang saling memilih. Disebut juga dengan klik.
situasi
tertentu
(misalnya
pembentukkan
Bimbingana dan Konseling
Vocational aptitude
: bakat pekerjaan-jabatan yang berkenaan dengan kecakapan
potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam
pekerjaan.
Bimbingana dan Konseling
239
Daftar Pustaka
Abdul Rahman Mulyono. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Asli
Mahasatya.
Abin Syamsudin Makmun. (2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung : Rosda Karya.
ABKIN (2008), Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Jalur
Pendidikan Formal, Publikasi Jurusan PPB-FIP-UPI
Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan; Model Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung
: Disertasi PPS IKIP Bandung
Anne Anastasi, l988, Psychological Testing, New York : Mc Millan Publishing Company
Blocher, H. Donald. (l974). Developmental Counseling, New York : John Wiley & Sons.
Corey, Gerald. (1991). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (terjemahan E.
Koeswara). Semarang: IKIP Semarang Press.
Crytes, J. C. (1987). Career Counseling: Models, Methods, and Materials. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Dedi Supriadi. (1997). Profesi Konseling dan Keguruan, Bandung : PPs IKIP Bandung
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Semarang : Aneka Ilmu.
Dewa Ketut Sukardi, 1990, Analisis Tes Psikologi, Denpasar : Rineka Cipta
Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Planning. Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.
Dirjen PMPTK. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Dorothy, Keiter. (l975). Bagaimana Kita Dapat Berhasil dalam Belajar. Salatiga : Pusat
Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana.
Elfiah, R (2001). Program Bimbingan Karir bagi Mahapeserta didik IAIN Raden Intan
Bandar Lampung. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia : tidak diterbitkan
240
Bimbingana dan Konseling
Furqon. (2005). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Garry, R. & Kingsley, H.I., l987, The Nature and Condition of Learning, New Jersey : Practice
Hall.
Gysber's, N.C. & More, E.J. 1983. Career Counseling: Skills and Techniques for Practitioner.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Hall, S.A. (2003). "Expanding Academic and Career Self Efficacy : A Family Systems
Framework". Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003.
33-39.
Her, EL. & Cramers, S.H. (1979). Career Guidance Throught The Life Span. Boston: Litle,
Brown & Co.
Holland, J. L. (1985). Making Vocational Choice: Theories of Vocational Personalities and
Work Environment. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Inc.
Janda, Louis H. (1999). Career Tests. Massachusetts: Adams Media Corporation.
Juntika Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Juntika. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia
Koestoer Partowisastro. (l982). Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jilid 2, Jakarta
: Erlangga
Manrihu, T. M. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Bumi Aksara. Jakarta.
Miller, M. J. & Miller, T. A. 92055). Theoretical Application of Holland's Theory to
Individual Decision Making Styles: implication for Career Counselors. Journal
of Employment Counseling. Alexandria: Mart 2005. Vol 42 No. 1: 20-29.
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995) Guidance and Counseling in The Elementary and
Middle School, A Practical Approach, Madison : Brown & Benchmark
Nana Syaodih Sukmadinata, l983 : Teknik-Teknik Pemahaman Individu dalam Bimbingan
Penyuluhan, Jurusan BP FIP IKIP Bandung
Ni'mah. (2000). Penerapan Bimbingan Sosial-Pribadi melalui KBM di SD. Tesis. Bandung:
Sekolah Pascasarjana UPI.
Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto, 2005, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar Kurikulum 2004, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Bimbingana dan Konseling
241
Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto, 2005, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar Kurikulum 2004, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Osbom, D. S., Baggerly, J. N. (2004). "School Counselors Perceptions of Career Counseling
and Career Testing: Preferences, Priorities and Predictors". Journal of Career
Development. New York: Fall 2004. 31 (1): 1-45.
Osipow , S.H. (1983). Theories of Career Development, New Jersey: Practice Hall, Inc.
Petters, Herman J. & Shertzer, Bruce. (l974). Guidance Program & Management, Ohio : A
Bell & Howell Company
Pietrofesa, J.P., Bernstein, B, Minor, J, Stanford, S. (1980). Guidance An Introduction. Rand
McNally College Publishing Company: Chicago.
Prince, Jeffrey P. & Heiser, Lisa J. (2000). Essentials of Career Interest Assessment. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Rochman Natawidjaja. ed. (1979). Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Depdikbud.
Ruslan A. G. (1986). Bimbingan Karir. Penerbit Angkasa. Bandung.
Schmidt. (2003). Counseling in Schools. New York: Pearson Education, Inc.
Seligman, L. (1994). Development Career Counseling and Assessment. London: Sage
Publications, Inc.
Sharf, R. S. (1992). Applyng Career Development Theory to Counseling. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
Simon, S.B., Howe, L.W. & Kirschenbauw, H. (1972. Values Clarification. New York: Hart
Publishing Company, Inc.
Slameto. (1991). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta
Sumadi Suryabrata. (l984). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sunarto, H. & Agung Hartono, B., 1994, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Dirjen Dikti
Depsikbud
Sunaryo _, tt. Makna dan Analisis Perbuatan Belajar. Cianjur : STKIP Suryakancana.
Sunaryo Kartadinata. (1999). Bimbingan di SD. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek PGSD.
Sunaryo Kartadinata. (l992). Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Peserta
didik Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, IKIP Bandung,
242
Laporan Penelitian
Bimbingana dan Konseling
Sunaryo. (2004) Kerangka Pikir dan Kerja Bimbingan dan Konseling Konprehensif
Berbasis Perkembangan (Kompetensi), Materi Perkuliahan, tidak diterbitkan
Surya, M., l986, Psikologi Pendidikan, Bandung : Offset IKIP Bandung
Sutoyo Imam Utoyo. (1996). Nilai-nilai yang Digunakan Peserta didik dalam Pilihan Karir
(Suatu Studi Deskriptif Analisis tentang Peserta didik yang Karirnya Berhasil
maupun Gagal yang Mempengaruhi Layanan Bimbingan karir di Beberapa
SMA Propinsi Jawa Timur). Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana IKIP
Bandung.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Uman Suherman. (2001). "Karakteristik Peserta didik dan Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar". Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume IV. Nomor
7 - Mei 2001.
Uman Suherman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani
Production.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Penerbit CV Eka Jaya.
Winkel, WS., 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT
Grasindo
Yuan. (1998). Young People and Careers. Hongkong: CER Studies in Comparative
Education.
Zunker, V. G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Dalam KTSP ada lima kelompok mata pelajaran, materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangandiri.Dalamkegiatanpengembangandirimemilikitujuanyaitumemberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah serta tuntutan lingkungan hidup pesena didik.
Program Bimbingan dan Konseling (BK) di MI/SD dalam KTSP sangat strategis,
sehingga program ini perlu didukung oleh manajemen dan kelengkapan adminisirasi
secara memadai.
TUJUAN
Setelah mempelajari materi tentang manajemen bimbingan dan koaseling di MI/SD,
diharapkan peserta didik dapat:
1. Menjelaskan struktur program BK di MI/SD.
2. Menjelaskan dan terampil dalam mengembangkan program BK di MI/SD.
3. Menjelaskan tentang implementasi program BK dalam KBM.
4. Menjelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di MI/SD.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan di atas, maka BBM 6 diorganisasikan menjadi
dua kegiatan belajar yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : Struktur dan Pengembangan Program BK di MI/SD.
Kegiatan Belajar 2 : Implementasi Program BK dalam KBM dan Manajemen bimbingan
di SD.
Bimbingana dan Konseling
203
PETUNJUK BELAJAR
Untuk membantu Anda menguasai seluruh bahan belajar mandiri dengan baik,
perhatikanlah beberapa prosedur di bawah ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan belajar mandiri ini sampai Anda
memahami tujuan yang ingin dicapai.
2. Setelah itu, Anda diharapkan mempelajari bagian demi bagian bahan belajar mandiri
secara lebih cermat dan penuh perhatian, dan bila perlu berilah tanda khusus pada
bagian atau kata-kata kunci yang Anda anggap penting.
3. Apabila ada bagian materi belajar mandiri yang kurang difahami, maka diskusikanlah
dengan teman-teman Anda. Tetapi bila dengan diskusi pun belum mendapatkan
pemahaman, sebaiknya dicatat dan tanyakan kepada tutor Anda pada saat tutorial
tatap muka.
4. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah buku sumber yang disarankan.
5.
6. Bila Anda telah cukup memahami uraian materi yang disajikan, maka kerjakanlah
Buatlah kesimpulan dengan kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan materi yang
telah Anda pelajari dalam bahan belajar mandiri ini.
latihan dan tes formatif yang tersedia pada setiap akhir kegiatan belajar.
204
Bimbingana dan Konseling
1
STRUKTUR DAN PENGEMBANGAN
PROGRAM BK DI MI/SD
1. Komponen Program BK di MI/SD
Sesuai dengan Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007) bahwa komponen program layanan bimbingan
dan konseling mencakup: (1) komponen pelayanan dasar; (2) komponen pelayanan
responsif; (3) komponen perencanaan individual; dan (4) komponen dukungan sistem
(manajemen).
a. Pelayanan dasar bimbingan
1. Pengertian
Pelayanan dasar bimbimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada seluruh konseli/peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis, dalam
rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkembangan (yang dituangkan dalam standar kompetensi kemandirian) yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil pebutuhan dalam
menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen asesmen perkembangan peserta didik
dan kegiatan tatap muka terjadwal yang terintegrasi dalam pembelajaran di kelas sangat
sesuai untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen terhadap kebutuhan
dan perkembangan itu sangat diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan
pengalaman terstruktur peserta didik.
2. Tujuan
Tujuan pelayanan dasar bimbingan ini bertujuan untuk membantu semua peserta
didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh dasar keterampilan hidupnya; atau dengan kata lain membantu peserta
Bimbingana dan Konseling
205
didik agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan
pelayanan dasar bimbingan ini dapat dirumuskan secagai upaya membantu peserta didik
agar:
a) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial-budaya dan agama);
b) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkan tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya;
c) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya; dan
d) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Dengan demikaian, melalui pelayanan dasar bimbingan ini peserta didik akan
terbantu dalam mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan dasar
untuk kehidupannya yang mengacu kepada tugas-tugas perkembangan peserta didik MI/
SD.
3. Fokus pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pelayanan dasar bimbingan, fokus
perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangannya, sehingga peserta didik diharapkan dapat memahami dan menerima
diri, mengenal lingkungan, memecahkan masalah, memiliki konsep diri yang adekuat,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, serta menjadi pribadi mandiri. Materi pelayanan
dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian peserta
didik MI/SD
Beberapa contoh materi layanan dasar bimbingan untuk peserta didik MI/SD, yaitu:
a. Pemahaman dan penerimaan diri
b. Sikap dan kebiasaan belajar
c. Motivasi belajar
d. Kemampuan memecahkan masalah
e. Self esteem
f. Membuat program kegiatan sehari-hari
g. Cara mengembangkan minal, bakal.
h. Keterampilan berkomunikasi
i.
j. Keefektifan dalam hubungan antar pribadi
k. Cara belajar yang efektif
l.
Keterampilan pengambilan keputusan
dsb.
206
Bimbingana dan Konseling
Pelayanan dasar himbingan ditujukan untuk semua peserta didik, disajikan dengan
menggunakan strategi klasikal dan dinamika kelompok, baik dalam kelompok kecil
maupun besar. Kurikulum materi layanan dasar bimbingan disusun dengan mcnggunakan
sumber-sumber rujukan dan sumber lainnya yang relevan, serta dilengkapi dengan
strategi penyampaian dan penilaian. Materi dan penyajian pelayanan dasar hendaknya
memperhatikan/disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangan peserta didik MI/
SD.
b. Pelayanan responsif (responsive sevices)
1. Pengertian
Pelayanan responsif adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang
memiliki kebutuhan dan menghadapi masalah yang memerlukan penanganan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menilmbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangannya.
2. Tujuan
Pelayanan renponsif bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya, atau membantu peserta didik
yangmengalamihambatan dankegagalandalammencapaitugas-tugasperkembangannya.
Tujuan pelayanan ini dapat juga dikekakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan pada
saat itu. Hal tersebut berkenaan dengan masalah-masalah sosial-pribadi, karir, dan atau
masalah pengembangan belajar-pendidikan.
3. Foku pengembangan
Fokus pelayanan ini berhubungan dengan masalah pribadi-sosial, belajar atau
pengembangan pendidikan, dan perencanaan karir. Dengan demikian, isi layanan
responsif yaitu: (1) bimbingan pribadi-sosial; (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan
karir.
Pelayanan responsif lebih bersifat prevenlif, meskipun dalam praktiknya dapat pula
menjadi bantuan penyembuhan atau kuratif. Proses pelayanan responsif dirancang
dengan menggunakan strategi relasi interpersonal, sehingga berlangsung interaksi antar
pribadi yang bersifat membantu. Oleh karena itu, pelayanan ini memiliki nilai terapeutik
bagi peserta didik yang sedang mengalami masalah psikis.
Fokus pelayanan responsif bergantung pada kebutuhan atau masalah peserta didik
yang muncul. Kebutuhan dan masalah peserta didik itu berkaitan dengan keinginan
untuk mengetahui sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya
Bimbingana dan Konseling
207
secara positif. Masalah peserta didik itu juga yang berhubungan dengan berbagai hal
yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan
peserta didik, karena tidak terpenuhi kebutuhannya atau gagal dalam mencapai tugas-
tugas perkembangan. Untuk memahami masalah peserta didik pada umumnya tidak
mudah diketahui secara langsung, namun dapat diidentifikasi/difahami melalui gejala-
gejala perilaku yang ditampilkannya. Masalah (gejala-gejala perilaku bermasalah) yang
mungkin dialami peserta didik dan menjadi fokus pelayanan ini antara lain:
a. merasa cemas menghadapi seseuatu;
b. merasa rendah diri;
c. berperilaku impulsif, yaitu melakukan sesuatu tanpa pertimbangan ayau alasan yang
tepat;
d. membolos dari madrasah/sekolah;
e. malas belajar;
f. kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik;
g. kurang bisa bergaul atau melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan;
h. malas beribadah;
i. prestasi belajar rendah.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah peserta didik MI/SD dapat dilakukan
melalui asesmen dan analisis perkembangannya, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP) untuk usia MI/SD, angket siswa,
wawancara, pengamatan/observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes, dan
daftar masalah atau alat ungkap masalah (AUM).
c. Layanan perencanaan individual
1. Pengertian
Perencanaan individual adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan
membantu seluruh peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas
yang berkenaan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
terseduia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang segala
karakteristik dirinya, penafsiran hasil asesmen serta, dan penyediaan informasi yang
lengkap dan tepat, sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan
yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan
dan kebutuhan khusus peserta didik.
Olah karena itu, layanan perencanaan individual berisikan bidang layanan pribadi-
sosial, bidang pendidikan-belajar, dan bidang karir. Dengan terbantunya peserta didik
dalam memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
diharapkan ia dapat merencanakan dan mengimplementasikan rencananya itu secara
208
Bimbingana dan Konseling
terarah dan optimal.
2. Tujuan
Layanan perencanaan individual dirancang dengan tujuan untuk membantu peserta
didik agar:
a) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya;
b) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan
dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir sesuai tahapan
perkembangan usia MI/SD; dan
c) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskannya.
Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
untuk memfasilitasi peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan pribadi-sosial oleh dirinya sendiri. Isi
layanan perencanaan individual ini adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan peserta
didik untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan
demikian, meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh peserta
didik, namun pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarka atas
perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing peserta didik.
3. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan pribadi-sosial. Secara rinci, cakupan fokus tersebut untuk murid MI/
SD antara lain berkenaan dengan aspek :
a. akademik, meliputi menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar (calistung) yang baik-
efektif, memanfaatkan keterampilan belajar, memilih kursus atau pelajaran tambahan
yang tepat, memilih pendidikan lanjutan, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
belajar sepanjang hayat.
b. Karir,meliputimemahamisegalakekuatandankelemahandirisendiri,mengeksplorasi
c.
lingkungan sekitar tempat tinggal, membiasakan diri bekerja dengan sebaik-baiknya,
berlatih membuat rencana kegiatan dan pengambilan keputusan secara tepat.
Pribadi-sosial, meliputi pengembangan konsep diri yang positif dan keterampilan
sosial yang efektif, sehingga dapat melakukan penyesuaian terhadap diri sendiri dan
lingkungan secara secara serasi dan seimbang.
d. Komponen dukungan sistem
Ketiga komponen di atas merupakan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
Bimbingana dan Konseling
209
peserta didik secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen
pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur dan pengembangan
kemampuan guru dalam penerapan fungsi dan prinsip-prinsip bimbingan di MI/SD,
sehingga guru dapat melakukan bantuan atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
peserta didik. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan manajemen dapat membantu
menetapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling. Kegiatan
ini diharapkan dapat membantu guru MI/SD dalam mengimplementasikan layanan dasar
bimbingan, layanan responsif, dan perencanaan individual peserta didik.
Komponen dukungan sistem ini meliputi: pengembangan jejarang, kegiatan
manajemen, penelitian dan pengembangan.
1) Pengembangan jejaring, menyangkut kegiatan-kegiatan: konsultasi/bekerja sama
dengangurulain,bekerjasamadenganorangtuaataumasyarakat,berpartisipasidalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan madrasah/sekolah, bekerja
sama dengan personel sekolah laiinnya dalam menciptakan lingkungan madrasah/
sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, menelaan masalah-masalah
yang berkaitan erat dengan pelayanan bimbingan, dan kekerja dengan pihak-pihak
lain yang terkait dengan penerapan bimbingan terpaqdu di madrasah/sekolah.
2) Kegiatan manajemen, merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara
dan melaksanakan bimbingan dan konseling yang terintegrasi secara efektif dalam
pembelajaran di kelas. Kegiatan manajemen ini diarahkan pada pengembangan
program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya masyarakat, pengembangan
dan penataan kebijakan, prosedur, dan pedoman tertulis.
Dalam implementasinya di madrasah/sekolah, masing-masing bidang pelayanan
memiliki alokasi waktu, seperti untuk: (1) Pelayanan dasar bimbingan adalah 55-55%;
(2) Pelayanan responsif (20%-30%); (3) Layanan perencanaan individual (5% -10%);
dan (4) Pendukung Sistem (10%-15%).
Keempat komponen pelayanan utama bimbingan dan konseling seperti diuraikan di
atas, dalam implementasinya didukung oleh layanan-layanan yang lainnya, yaitu:
a. Layanan pengumpulan data
Layanan ini merupakan kegiatan awal dalam bentuk menghimpun informasi tentang
peserta didik beserta latar belakangnya. Pengumpulan data tentang peserta didik
merupakan identifikasi awal tentang identitas peserta didik, kemampuan, bakat dan
minat, beserta latar belakang keluarganya. Layanan pengumpulan data bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang objektif terhadap peserta didik dan membantu mereka
agar dapat berkembang secara optimal.
210
Bimbingana dan Konseling
b. Layanan orientasi dan pemberian informasi
Kegiatan ini merupakan layanan pertama yang diberikan kepada peserta didik. Pada
saat peserta didik memasuki sekolah sangat membutuhkan informasi tentang sekolah,
seperti kurikulum, cara belajar, tata tertib, guru-gurunya dan fasilitas sekolah yang dimiliki
(perpustakaan, ruang belajar, ruang guru, WC, dsb). Layanan ini bertujuan agar peserta
didik memiliki informasi yang memadai tentang dirinya dan lingkungannya. Layanan ini
sangat strategis agar peserta didik dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Layanan ini disampaikan juga kepada orangtua
agar dapat membantu putra putinya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
terutama dalam mengikuti pembelajaran. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan
pada waktu peserta didik memasuki sekolah dan akan diulang pada setiap tahun ajaran
baru, namun pelayanan informasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
c. Layanan Penempatan
Layanan Penempatan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mendapatkan
tempat atau penyaluran yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dapat
mengembangkan dirinya secara optimal. Perkembangan optimal ini akan dapat dicapai
bilamana individu berada pada posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi, bakat,
minat dan kemampuannya. Program layanan penempatan merupakan kelanjutan dari
layanan orientasi dan informasi ini. Jika layanan orientasi memberikan infomasi secara
umum, seperti tentang cara-cara belajar yang efektif, belajar kelompok, menyalurkan
bakat dan minat, sedangkan layanan penempatan lebih memperhitungkan alternatif
kemungkinan penempatan peserta didik secara individual, dengan melalui pengukuran
terhadap kemampuan, bakat dan minat, serta kemungkinan-kemungkinan khusus lainnya.
Beberapa jenis layanan penempatan bagi peserta didik di MI/SD, yaitu :
1) Layanan penempatan dalam belajar di kelas
Dalam kegiatan belajar di kelas, terkadang ada peserta didik yang mengalami
kesulitan menentukan pilihan kelompok belajar, posisi duduk, kegiatan belajar, dsb.
Untuk menghadapi peserta didik yang demikian, layanan penempatan dapat memberikan
bantuan. Peserta didik yang baru masuk kelas I MI/SD, mereka datang dari latar belakang
lingkungan dan pengalaman yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang
sebelumnya pemah masuk TK/TKA, akan tetapi tidak sedikit yang belum pernah memasuki
TK/TKA. Oleh karena itu, mereka memasuki MI/SD dengan membawa kemampuan awal
yang berbeda, terutama pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Keadaan ini
harus dihadapi dengan bijaksana, sehingga setiap peserta didik mendapatkan posisi yang
tepat dan mereka mendapatkan suasana belajar yang menyenagkan. Guru kelas harus
mampu menempatkan peserta didik secara tepat. Jika diperlukan ada tes sederhana
tentang kemampuan calistung, tetapi bukan untuk seleksi masuk kelas I MI/SD. Hasil tes
Bimbingana dan Konseling
211
dapat digunakan untuk penempatan posisi duduk dan kelompok belajar di kelas. Peserta
didik yang pandai dapat menjadi tutor sebaya bagi temannya yang lain, atau dapat
dijadikan pertimbangan untuk pembagian kelas biasa dengan kelas unggulan. Proses
menempatkan peserta didik ini harus dipertimbangkan yang matang berdasarkan data
atau informasi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam mengambil
keputusan.
2) Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler
Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler sangat diperlukan agar peserta
didik memperoleh kegiatan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Oleh
karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang kemampuan,
bakat dan minat setiap peserta didik binaannya, sehingga dapat menempatkan peserta
didik pada kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai. Kegiatan ekstra kurikuler di MI/SD
dapat dikempokka dalam beberapa macam, sepeiti olah raga, kesenian (seni tari, seni
suara, seni musik, seni gambar), kelompok ilmiah remaja, pramuka dan lain sebagainya.
Dengan adanya penempatan peserta didik pada kegiatan ekstra kurikuler secara tepat,
diharapkan akan mengembangkan kemampuan secara optimal.
d. Layanan konseling
Layanan ini hanya dapat diselenggarakan oleh guru pembimbing profesional, yaitu
guru yang berlatar belakang pendidikan sarjana bimbingan dan konseling. Layanan ini
dapat secara individual maupun kelompok, bagi peserta didik yang memiliki masalah
pribadi. Tujuan layanan konseling adalah untuk membantu peserta didik agar dapat
memecahkan masalahnya sendiri. Layanan konseling sering disebut merupakan kegiatan
inti dari keseluruhan layanan bimbingan, karena bantuan melalui konseling langsung
berkenaan dengan pribadi setiap peserta didik.
e. Layanan referal
Referal atau alih tangan merupakan layanan dengan melimpahkan masalah kepada
pihak yang lebih mampu dan berwenang. Layanan referal ini dilakukan apabila masalah
yang dihadapi peserta didik di luar kemampuan atau kewenangan guru atau guru
pembimbing MI/SD. Menumt Surya (1986; 24) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam layanan referal, yaitu:
1) Referal harus disertai dengan data yang lengkap tentang peserta didik dan masalah
yang dihadapinya.
2) Referal harus disertai dengan surat pengantar yang menjelaskan tujuan referal.
3) Referal harus disetujui oleh peserta didik yang bersangkutan, dan orang tua kalau
perlu.
212
Bimbingana dan Konseling
4) Layanan referal harus tetap menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Pihak yang
dirujuk harus tetap menjalin hubungan dengan pihak sekolah.
5) Pihak yang dirujuk harus memberikan laporan terperinci tentang perkembangan dan
hasil upaya rujukan itu kepada pihak sekolah. Laporan tersebut penting diketahui dan
dijadikan bahan untuk memberikan perlakuan yang berkesinambungan di sekolah
dan di rumah.
f. Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Evaluasi dan tindak lanjut erupakan layanan untuk menilai keberhasilan program
bimbingan yang telah dilaksanakan. Melalui evaluasi, dapat diketahui program yang tidak
mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, sehingga dapat dianalisis dan ditentukan
untuk program tindak lanjutnya.
Tujuan dilaksanakannya layanan evaluasi dan tindak lanjut adalah:
1) Untuk mengertahui apakah program layanan sudah dapat dilaksanakan dengan baik
?
2) Untuk mengatahui efektifitas layanan yang sudah diberikan.
3) Untuk mengetahui kontribusi layanan bimbingan terhadap program sekolah.
4) Untuk mendorong kepala sekolah dan seluruh personal sekolah dalam melakukan
perbaikan-perbaikan layanan dan program sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
5) Dengan evaluasi seluruh guru diharapkan dapat menyadari akan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing sebagai pelayan kebutuhan peserta didiknya.
6) Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu dimasukkan dalam program
layanan bimbingan selanjutnya.
2. Struktur Program Bimbingan di MI/SD
Penyusunan program bimbingan dan konaseling di madrasan/sekolah dimulai dari
kegiatan asesmen yaitu kegiatan mengidentifikasi-menganalisis aspek-aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen ini
mencakup :
a. asesmen lingkungan, yaitu kegiatan mengidentifikasi harapan madrasah/sekolah
dan masyarakat (orangtua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung, kondisi/
kualifikasi guru, dan kebijakan pimpinan madrasah/sekolah;
b. asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik
peserta didik, seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan,
motif-motivasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (olahraga, seni,
keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas
perkembangannya sebagai dasar untuk memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling secara terpadu dalam pembelajaran di kelas.
Bimbingana dan Konseling
213
Berikut ini adalah struktur utuh pengembangan program di madrasan/sekolah
yang berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Dalam merumuskan program bimbingan dan konseling di MI/SD, struktur
dan isi atau materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik di setiap madrasah/sekolah.
1. Rasional
Berisikan rumusan dasar pemikiran tentang pentingnya bimbingan dan konseling
dalam keseluruhan program madrasah/sekolah, yang mencakup konsep dasar yang
digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran atau implementasi
kurikulum, dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial-budaya terhadap
kehidupan masyarakat, dan hal-hal lain yang relevan.
2. Visi dan Misi
Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke
dalam fokus isi, yaitu :
a. Visi : Membangun iklim madrasah/sekolah bagi keberhasilan seluruh peserta
didik.
b. Misi : Mamfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi
di bidang akademik, pribadi-sosial dan karir berlandaskan pada tata kehidupan
etis-normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Deskripsi Kebutuhan
Berisikan rumusan hasil penilaian kebutuhan (need assessment) peserta didik dan
lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta
didik.
4. Tujuan
Berisikan rumusan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling
secara terpadu dalam pembelajaran di kelas. Tujuan yang dirumuskan, hendaknya
mencakup tiga tataran, yaitu :
a. Penyadaran, untuk membangun pengetahuan adan pemahaman peserta didik
terhadap,perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai.
b. Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan
perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya.
c. Tindakan, yaitu mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan
kompetensi baru itu dalam tindaklan nyata sehari-hari.
5. Komponen Program
Program bimbingan dan konseling di madrasan/sekolah mencakup:
214
Bimbingana dan Konseling
a. Komponen pelayanan dasar bimbingan
b. Komponen pelayanan responsif *)
c. Komponen perencanaan individual
d. Komponen dukungan sistem (manajemen).
6. Rencana Operasional
Rencana kegiatan diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program bimbingan dan
konseling berjalan secara efektif dan efisien, meskipun implementasi di SD masih
terpadu dalam proses pembelajaran di kelas. Rencana kegiatan adalah uraian detil
dari program yang menggambarkan struktur program, baik kegiatan di madrasah/
sekolah maupun luar madrasah/sekolah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
tugas perkembangan atau kompetensi tertentu.
7. Pengembangan Tema/Topik
Tema atau topik merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan
yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan, dirumuskan dalam bentuk materi
untuk setiap komponen program.
8. Pengembangan Satuan Pelayanan
Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik, dibuat tersendiri atau
diintegrasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
9. Evaluasi
Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar tujuan yang
ingin dicapai, sedangkan evaluasi program difokuskan pada tingkat keterlaksanaan
program.
10. Anggaran
Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara
cermat, rasional, dan realistik.
Berdasarkan paparan di atas, berikut ini ditampilkan contoh program bimbingan
di MI/SD yang dalam implementasinya terintegrasi dalam proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru kelas.
Bimbingana dan Konseling
215
CONTOH PROGRAM BIMBINGAN DI MI/SD
No Jenis Layanan Bimbiagan
1
2
8
Semester 1
9 10
11
12
1
2
Semester 2
3 4
3.1 Identifikasi kemampuan
peserta didik
3.2 Penempalan peserta didik
a. Kelas Biasa
b. Kelas Unggulan
4
5
6
3
Penyusunan program
Himpunan data, orientasi dan
informasi
a. Orientasi dan informasi bagi
kelas 1
b. Pemberian informasi kepada
orang tua
Penempatan/Penyaluran
7
8
9
216
c. Tempat Duduk
d. Kegiatan Ekstrakurikuler
Bimbingan untuk
pengembangan penguasaan
tugas-tugas perkembangan
Bimbingan Belajar
a. Diagnostik dan pengajaran
remedial
b. Pengayaan
Konseling
a. Peserta didik yang
mengalami hambatan sosial
pribadi
b. Peserta didik yang
mengalami hambatan dalam
pengembangan moral
c. Peserta didik yang
mengalami hambatan dalam
perkembangan fisik
Bimbingan Karir
a. Identifikasi Bakat dan
kemampuan Peserta didik
b. Pengenalan Lingkungan
Sekolah
c. Persiapan memilih SLTP
Kerjasana dengan orang tua/
masyarakat
Alih tangan kasus
7
X
X
X
X
X
X
X
5
6
X
X
X
X
Ket.
1 s.d 12
Bulan Jan.
s.d dcs,
X - Waktu
Pelaksanaan
X
?
X
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
X
?
?
?
?
?
?
X
?
?
Pelaksanaan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
Bimbingana dan Konseling
10
12 Tindak lanjut
11 Analisis hasil pelaksanaan
bimbingan
Evaluasi pelaksanaan
bimbingan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Dari program umum bimbingan dan konseling di MI/SD seperti contoh di atas,
dijabarkan kembali menjadi program khusus di antaranya adalah:
a. Pengumpulan data peserta didik
Data tentang peserta didik merupakan informasi awal yang sangat diperlukan oleh
pihak guru/sekolah berkenaan dengan segala karateristik peserta didik, baik datas
atau informasi tentang keadaan aspek pisik-jasmaniah maupun psikis-ruhaniah
seperti dijelaskan terdahulu. Data tersebut di atas diperlukan mulai saat anak masuk
sekolah di awal tahun ajaran, sehingga sekolah dapat membuat program sesuai
dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik.
b. Layanan orientasi dan pemberian informasi
Layan orientasi pada setiap jenjang kelas sangat diperlukan terutama pada peserta
didik kelas 1 yang baru pertama kali memasuki tingkat sekolah yang sesungguhnya.
Kesan tentang sekolah harus baik atau positif dan menyenangkan sehingga peserta
didik tidak merasa asing atau takut tentang lingkungan barunya, seperti tentang guru,
fasilitas yang dimiliki sekolah, tata tertib, cara belajar dsb. Keikutsertaan orangtua
dalam kegiatan orientasi sangat diperlukan untuk membantu putra-putrinya dalam
menyesuaikan diri dengan sekolah.
c. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan ini perlu dikembangkan di MI/SD sejak memasuki sekolah sampai
menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut, baik penempatan/penyaluran pada
kegiatan intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. Melalui layanan ini, diharapkan
peserta didik MI/SD ini terfasilitasi proses perkembangan perilaku dan pribadinya
secara optimal.
Bimbingana dan Konseling
217
LATIHAN
Untuk memperdalam. materi yang baru saja anda baca dan pelajari, silakan anda
mengerjakan lalihan di bawah ini:
1. Jelaskan makna pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, dan perencanaan
individual di MI/SD !
2. Beri penjelasan kemungkinan implementasi program bimbingan dan konseling di
MI/SD !
3. Apa saja jenis dan kelengkapan administrasi yang akan menunjang pelaksanaan
bimbingan di MI/SD ?
4. Kemukakan komponen struktur utuh program bimbingan di MI/SD !
RANGKUMAN
Struktur program bimbingan di MI/SD terdiri dari 4 komponen kegiatan utama,
yaitu:
1. Layanandasarbimbingan,yaitulayananyangmembantupesertadidikmengembangkan
perilaku efektif dan keterampilan dasar untuk kehidupan yang mengacu kepada
tugas-tugas perkembangan peserta didik SD.
2. Layanan responsif, yaitu layanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik
dalam bentuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang
dirasakan pada saat itu.
3. Layanan perencanaan individual, yaitu membantu peserta didik membuat rencana
pendidikan secara tepat dan mengimplentasikan rencana-rencana pendidikannya itu
secara terarah.
4. Dukungan sistem, merupakan kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan , hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program,
penelitian dan pengembangan.
Keempat komponen layanan utama bimbingan di atas perlu didukung oleh layanan
yang lainnya, yaitu: l) pengumpulan data; 2) layanan orientasi dan pemberian informasi;
3) layanan penempatan; 4) konseling; 5) referral, 6) evaluasi dan tindak lanjut. Program
bimbingan tidak akan berjalan dengan baik bilamana tidak didukung oleh organisasi dan
administrasi bimbingan memadai.
218
Bimbingana dan Konseling
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !
1. Program bimbingan di sekolah merupakan :
A. bagian yang integral dari program pendidikan;
B. bagian yang terpisah agar mudah mengaturnya;
C. program yang dikelola oleh lembaga khusus bimbingan;
D. kegiatan yang dilakukan sementara sesuai denga kebutuhan.
2. Komponen pelayanan bimbingan yang ditujukan untuk membantu permasalahan
peserta didik yang dirasakan pada saat ini adalah :
A. pelayanan dasar bimbingan; C. perencanaan individual;
B. pelayanan responsif; D. dukungan sistem.
3. Layanan pemberian informasi mencakup berbagai informasi yang diperlukan peserta
didik untuk mendukung keberhasilan belajarnya, kecuali :
A. cara-cara belajar yang efektif; C. pemanfaatan dan pengaturan keuangan;
B. pemanfaatan waktu luang ; D. membuat cacatan yang teratur.
4. Penyelenggaraan administrasi bimbingan di sekolah bertujuan agar:
A. layanan bimbingan dapat dilaksanakan secara ideal;
B. mendukung kelancaran pelaksanaan program bimbingam;
C. menciptakan hubungan administratif yang jelas dan tegas;
D. setiap petugas bimbingan menyadari peranannya masing-masing.
5. Program bimbingan dan konseling di MI/SD sebaiknya diorganisasikan sesuai dengan
:
A. situasi dan kondisi sekolah setempat;
B. juklak atau juknis dari Dinas Pendidikan;
C. kebutuhan dan permasalahan peserta didik;
D. visi, misi dan tujuan sekolah yang dicanangkan.
6. Pernyataan yang dirumuskan untuk membangun iklim madrasah/sekolah bagi
keuksesan seluruh peserta didik, disebut :
A. Misi C. deskripsi kebutuhan
B. Visi D. tujuan pelayanan
7. Berikut ini merupakan tujuan pelayanan dasar bimbingan bagi peserta didik, kecuali :
A. memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya;
B. mampu membuat rencana kegiatan sesuai dengan nilai dan kebutuhannya;
C. mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya;
Bimbingana dan Konseling
219
D. mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupmnya.
8. Kegiatan-kegiatan berikut merupakan fokus pelayanan perencanaan individual pada
aspek akademik, kecuali :
A. menumbuhkan sikap positif terhadap belajar;
B. memanfaatkan keterampilan belajar;
C. memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat;
D. membiasakan diri bekerja dengan tekun.
9. Kegiatan-kegiatan berikut merupakan fokus pelayanan perencanaan individual pada
aspek karir, kecuali :
A. memahami segala kekuatan dan kelemahan diri sendiri;
B. mengeksplorasi lingkungan sekitar tempat tinggal
C. memupuk kebiasaan belajar yang efektif;
D. pengambilan keputusan secara tepat.
10. Fokus pelayanan perencanaan individual pada aspek Pribadi-sosial, yaitu:
A. pembiasaan belajar bekompok;
B. pengembangan konsep diri yang positif;
C. mengadakan kunjungan persahabatan;
D. pengarahan diri pada aktivitas yang bermanfaat.
220
Bimbingana dan Konseling
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang ada pada
bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
RUMUS
Tingkat Penguasaan = -------------- x 100%
10
Makna Tingkat Penguasaan: 90%-100% = Baik Sekali; 80 % - 89 % = Baik;
- 79 % = Cukup; dan < 69 % = Kurang.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih
di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
70 %
Bimbingana dan Konseling
221
222
Bimbingana dan Konseling
2
KETERPADUAN PROGRAM BIMBINGAN
DI MI/SD
1. Program Bimbingan Terpadu
Seperti dimaklumi, bahwa sampai saat ini masih jarang ada MI/SD yang memiliki guru
pembimkbing profesional yang berlatar belakang pendidikan sarjana bimbingan dan
konseling. Oleh karena itu, pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan
tugas guru kelas, yang implementasinya diintegrasikan dalam proses pembelajaran di
kelasnya. Dalam keadaan yang demikian, maka guru kelas hendaknya dapat memadukan
antara program layanan bimbingan dan konseling dengan program pembelajaran yang
dirancangnya. Walaupun demikian, dalam praktik pelaksanaan program bimbingan di
sekolah membutuhkan kemampuan guru dan dukungan manajerial. Sehubungan dengan
itu, dalam mensinergiskan program bimbingan dengan program dan praktik pembelajaran
di sekolah/kelas, hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut.
a. Aspek program bimbingan
Program bimbingan di MI/SD harus disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik
dan masalah nyata yang terjadi di sekolah. Program bimbingan di MI/SD mempunyai
kekhasan tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di MI/SD itu sendiri,
baik dilihat dari segi petugas, fasilitas yang tersedia dan karakteristik peserta didiknya.
Menurut Dickmeyer and Caldwell (Ahman, 1998) bahwa ada beberapa faktor yang
membedakan antara bimbingan di MI/SD dengan di sekolah menengah, yaitu : pertama,
bimbingan di MI/SD lebih menekankan pada peranan guru dalam menerapkan fungsi
bimbingan; kedua, fokus bimbingan di MI/SD lebih menekankan pada pengembangan
pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif
dengan orang lain; ketiga, bimbingan di MI/SD lebih banyak melibatkan orangtua
peserta didik, mengingat pentingnya pengaruh orangtua dalam kehidupan anak selama
di MI/SD; keempat, bimbingan di MI/SD hendaknya memahami kehidupan anak secara
unik; kelima, program bimbingan di MI/SD hendaknya peduli terhadap kebutuhan
Bimbingana dan Konseling
223
dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri,
serta memahami kelebihan dan kekurangan diri; keenam, program bimbingan di MI/SD
hendaknya meyakini bahwa usia MI/SD merupakan tahapan yang sangat penting dalam
tahapan perkembangan anak.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat tugas yang
harus diselesaikan peserta didik MI/SD dapat dijadikan sebagai panduan utama dalam
pengembangan program bimbingan di MI/SD.
b. Aspek Ketenagaan
Sehubungan dengan perlunya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling,
maka pada umumnya guru MI/SD mempunyai tugas ganda, sebagai pelaksana pelayanan
bimbingan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan target kurikulum
yang harus dicapai. Sebenarnya guru MI/SD sebagai guru kelas memiliki peluang-
kesempatan luas untuk memahami karakteristik setiap peserta didik di kelasnya. Oleh
karena itu, guru MI/SD perlu memiliki pemahaman yang tepat dan keterampilan yang
memadai untuk melaksanakan layanan bimbingan yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Pada akhirnya, guru MI/SD hendaknya dapat menerapkan layanan bimbingan dalam
kegiatanpembelajaranyangdilaksanakandikelas;ataugurumerancangdanmelaksanakan
proses pembelajaran yang bernuansakan bimbingan dan konseling di kelasnya.
c. Aspek teknis/prosedural
Prosedur/teknik yang dapat dikembangkan dalam implementasi layanan bimbingan
dan konseling pada peserta didik MI/SD adalah dengan melalui pendekatan terpadu
atau terintegrasi. Prosedur ini memadukan antara pendekatan/teknik instruksional
dalam pembelajaran dengan pendekatan/teknik interpersonal atau transaksional dalam
bimbingan dan konseling. Agar guru MI/SD dapat memainkan peran gandanya secara
profesional, maka di samping terampil dalam menerapkan strategi/teknik pembelajaran,
juga perlu memiliki kemampuan dasar pada strategi/teknik pelayanan bimbingan dan
konseling. Dengan demikian, maka guru MI/SD diharapkan dapat menerapkan layanan
bimbingan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.
Guru menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan dapat memadukan layanan
bimbingan ke dalam proses pembelajarannya itu, seperti melalui pengelompokkan
belajar, diskusi kelompok, permainan terpadu, tugas kerja kelompok, pengajaran unit
atau pembelajaran tematik, dsb. Dalam penelitian yang dilaksanakan Ni'mah (2000) di
SD kelas rendah , dapat diterapkan layanan bimbingan pribadi-soial melalui KBM, dengan
cara menggunakan metode pembelajaran diskusi, kerja kelompok dan permainan, peserta
didik dibimbing untuk belajar menyesuaikan diri dengan teman, bekerjasama, berbagi
tugas, dan belajar untuk berani tampil mengerjakan tugas di depan kelas.
224
Bimbingana dan Konseling
d. Daya dukung lingkungan
Program pelayanan bimbingan di MI/SD akan memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan pendidikan, jika didukung oleh pihak yang terlibat dalam sistem
yang ada di sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat dan pemerintah,
baik dalam pendanaan maupun penyediaan fasilitas pendukung yang diperlukan. Hal ini
mengindikasikan, bahwa ciri layanan bimbingan di MI/SD itu tidak terlepas dari peran
serta masyarakat dan orangtua peserta didik di samping guru kelas.
e. Organisasi Bimbingan di MI/SD
Organisasi dan administrasi merupakan perangkan penyelenggaraan bimbingan di
sekolah yang semestinya dikelola secara efektif. Manajemen organisasi dan administrasi
yang baik, diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan bimbingan di
MI/SD yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Organisasibimbingandalammaknaluasdapatdiartikansebagaiusahapenyelenggaraan
program bimbingan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjamin
kelancaran program bimbingan di MI/SD diperlukan adanya organisasi bimbingan.
Organisasi bimbingan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan sedemikian rupa sehingga sesuai
b.
c.
d. Penanggung jawab organisasi bimbingan adalah kepala sekolah
e. Program bimbingan harus diorganisasikan dengan baik, sehingga memungkinkan
seluruh personal yang ada di sekolah, dan dengan masyarakat dapat bekerjasama
dengan baik
f. Organisasi bimbingan di SD disesuaikan dengan personil yang ada, keadaan peserta
didik dan sarana serta prasarana.
2. Uraian tugas personil bimbingan
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai peranan sebagai penanggung jawab seluruh program
pendidikan di sekolah, termasuk di dalamnya layanan bimbingan. Dalam hubungannya
dengan program bimbingan dan konseling, fungsi dan peranan kepala sekolah dapat
digambarkan sebagai berrkut:
1) Mengkoordinasikan kegiatan layanan bimbingan.
2) Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan.
Bimbingana dan Konseling
225
dengan situasi dan kebutuhan setempat.
Layanan bimbingan hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah
Diperlukan kerjasama antara personal sekolah dalam pelaksanaan organisasi
bimbingan
3) Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan.
4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut.
5) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan
bimbingan.
b. Guru Kelas/Pembimbing
Sebagai pelaksana dalam program bimbingan di MI/SD, guru kelas/ pembimbing
memiliki tngas yaitu:
1) Merencanakan dan membuat program bimbingan.
2) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru.
3) Melakukan kerja sama dengan orangtua dalam memberikan layanan bimbingan
kepada peserta didik.
4) Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengintegrasikan pada mata
pelajaran masing-masing.
5) Menilai proses dan hasil layanan bimbingan.
6) Menganalisis hasil penilaian layanan bimbingan.
7) Melaksanakan tindak lanjut atau alih tangan berdasarkan hasil penilaian.
8) Membantu peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler.
c. Guru mata Pelajaran
Sebagai personil guru mata pelajaran mempunyai tugas yang penting dalam aktivitas
bimbingan, yaitu:
1) Melaksanakan layanan bimbingan melalui kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya
2) Berkonsultasi dengan guru kelas/guru pembimbing dalamhal masalah-masalah
yang berkaitan dengan bimbingan
3) Bekerjasama dengan guru kelas/guru pembimbing dalam hal pengembangan
program bersama/terpadu
d. Pengawasan
Pengawasan sangat diprelukan untuk menjamin terlaksananya layanan secara tepat.
Pengawasan dilakukan baik secara teknis maupun administratif. Fungsi pengawasan
adalah memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
layanan bimbingan di MI/SD. Pengawasan dilaksanakan oleh dinas pendidikan secara
berjenjang. Tingkat kecamatan dilakukan oleh pengawas MI/SD Dinas Pendidikan
Kecamatan setempat.
226
Bimbingana dan Konseling
3. Sarana dan Prasarana
Keberhasilan sebuah program bimbingan tidak terlepas dari dukungan tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana administratif yang diperlukan untuk
menunjang pelayanan bimbingan sebagai berikut:
a. Alat pengumpul data
Alat pengumpul data yang diperlukan di MI/SD yaitu pedoman observasi, angket,
catatan anekdot, pedoman wawancara, tes hasil belajar, sosiometri, daftar cek
masalah, skala penilaian, biografi dan autobiografi.
b. Alat penyimpan data
Bentuk alat penyimpan data yaitu buku pribadi, kartu pribadi, dan map. Bentuk
kartu pribadi dapat dibuat dalam ukuran dan warna tertentu, sehingga mudah untuk
disimpan dalam filling cabinet. Sedangkan map diperlukan untuk menyimpan berbagai
informasi pribadi masing-masing peserta didik. Buku pribadi berisikan berbagai data
tentang peserta didik dari mulai identitas, keadaan keluarga, penyakit yang pemah
diderita, potensi dan prestasi yang diraih, dan lain sebagainya.
c. Kelengkapan penunjang teknis, seperti dokumen data data/informasi, paket
bimbingan dan alat bantu bimbingan.
d. Perlengkapan administrasi, seperti alat-alat tulis, format satuan layanan dan kegiatan
pendukung serta blangko laporan kegiatan, blangko surat, kartu konsultasi, kartu
kasus, blanko konferensi kasus dan agenda surat.
e. Sarana penunjang, seperti ruang bimbingan. Andaikata ruang bimbinga tidak ada,
maka dapat digunakan ruang kantor/guru, atau ruang kelas. Dalam kondisi ideal,
ruang bimbingan harus dilengkapi dengan ruang konseling, ruang konsultasi, ruang
bimbingan kelompok, ruang tamu, ruang dokumentasi dan ruang diskusi. Ruang
bimbingan harus dilengkapi dengan meja, kursi, lemari, rak penyimpan data, papan
tulis, dan sebagainya.
4. Pendanaan
Dana atau anggaran biaya sangat diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana,
perlengkapan administra, kunjunganm mmah (home visit), penyusunan laporan
kegiatan, transportasi dan lain-laia.
5. Kerjasama
Kerjasama anatara guru/pihak sekolah dengan orang tua peserta didik, dan dengan
lembaga atau instansi terkait, sepeiti Dinas Pendidikan.
Bimbingana dan Konseling
227
LATIHAN
Untuk memperdalam materi yang baru saja anda bacadan pelajari, silakan anda
mengerjakan latihan di bawah ini:
1. Menjelaskan tentang implementasi program BK dalam KBM.
2. Menjelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di SD
RANGKUMAN
Jarang ada SD yang memiliki petugas bimbingan yang khusus/tersendiri, maka tugas
program bimbingan merupakan tugas untuk guru kelas, yang sekaligus menjadi tenaga
pengaj ar. Dengan keadaan yang demikian maka gum hendaknya dapat memadukan antara
program layanan bimbingan dengan KBM. Walaupun demikian program bimbingan di
sekolah membuainkan kemampuan dan dukungan manajerial, maka ada beberapa hal
yang hams diperhatikan, yaitu: (1) Aspek program, bertolak dari kebutuhan dan masalah
yang ada di sekolah; (2) Aspek ketenagaan, guru kelas dipandang sebagai personil
yang paling melaksanakan layanan bimbingan, dengan demikian guru hams memiliki
pemahaman yang tepat untuk melaksanakan layanan bimbingan; (3) Aspek prosedur/
teknik, perlu adanya keterpaduan antara pendekatan dan teknik instaiksional dengan
transaksional dan (4) Daya dukung lingkungan, layanan bimbingan perlu bantuan dan
dukungan managerial, social, dan sarana fisik.
228
Bimbingana dan Konseling
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Merencanakan program bimbingan beserta sarana penunjangnya merupakan peran
kepala sekolah sebagai ........
A. Administrator C. Organisator
B. Supervisor D. Manajer
2. Layanan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dasar untuk
kehidupan adalah tujuan layanan:
A. Layanan respoasif C. Layanan perencanaan individual
B. Layanan dasar bimbingan D. Dukungan sistem
3. Menyerahkan peserta didik yang bermasalah kepada yang lebih mampu dan
berwenang adalah layanan:
A. Referal C. Penempatan
B. Konseling D. Layananinformasi
4. Kartu pribadi, dalam layanan bimbingan adalah disebut:
A. Alat pengumpul data C. Alat dokumen
B. Alat penyimpan data D. Perlengkapan teknis
5. Pengawasan dalam pelaksanaan bimbingan dilakukan dengan teratur agar kegiatan
bimbingan dapat....
A. terarah pada tujuan C. teramati kesalahannya
B. terkendali prosesnya D. terjamin keberhasilannya.
6. Hal-hal berikut merupakan alat pengumpul data non-tes, kecuali:
A. pedoman observasi; C. pedoman wawancara;
B. tes hasil belajar; D. skala penilaian.
7. Blangko laporan kegiatan merupakan kelengkapan sarana pelayanan bimbingan yang
8. Berikut ini lebih merupakan sarana penunjang pelayanan bimbingan, kecuali:
berfungsi secagai :
A. alat pengumpul data;
B. alat penyimpan data;
A. ruang konsultasi;
B. ruang bimbingan kelompok;
C. kelengkapan administrasi;
D. kelengkapan penunjang teknis.
C. ruang koordinator BK;
D. ruang dokumentasi.
Bimbingana dan Konseling
229
9. Pengawasan pelayanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi sebagaio berikut,
kecuali:
A. memantau dan menilai pelaksanaan layanan BK;
B. memperbaiki pelaksanaan layanan BK;
C. meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan BK;
D. menilai kemampuan guru dalam melaksanakan layanan BK.
10.`Fungsi utama guru kelas dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan di madrasah/
sekolah, adalah :
A. melaksanakan konseling kepada siswa yang bermasalah;
B. merencanakan dan membuat program bimbingan.
A. bekerja sama dengan orangtua dalam melaksanakan layanan bimbingan;
B. melaksanakan layanan bimbingan secara terintegrasi dalam pembelajaran
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang ada pada
bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.
RUMUS
Tingkat Penguasaan = -------------- x 100%
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda telah dapat semua
Kegiatan Belajar dengan baik ! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
Makna Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali;
80 % - 89 % = Baik;
70 % - 79 % = Cukup;
< 69 % = Kurang.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
230
Bimbingana dan Konseling
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1
1. A
2. B
3. C
4. B
5. C
6. B
7. B
8. D
9. C
10. B
TES FORMATIF 2
1. A
2. B
3. A
4. B
5. A
6. B
7. C
8. C
9. D
10. D
Bimbingana dan Konseling
231
232
Bimbingana dan Konseling
Glosarium
Achievement Test
Actual ability
Actual self
Akurat
Anecdotal record
Aptitudes
Attention
Autonomy vs shame and doubt : mandiri vs malu dan ragu, tahapan perkembangan
individu yang dikemukakan oleh Erikson dengan teori
Counseling interview
Cronological age
Psikososialnya. Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil
dalam tugas perkembangannya akan mandiri sementara
kalau tidak akan malu atau ragu.
: Wawancarakonseling merupakandialogantaragurudengan
murid dengan maksud membantu murid memecahkan
masalah yang dihadapinya, yang biasanya berfokus pada
perubahan sikap dan perilaku murid.
: umur kronologis (disingkat CA); yaitu umur seseorang
(murid) sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari
kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
Bimbingana dan Konseling
233
: Tes yang mengukur hasil/prestasi belajar yang ditampilkan
murid selama atau setelah proses pembelajaran
berlangsung, dapat berupa nilai (1-10 atau 1-100) hasil
pengerjaan Lembaran Kerja Siswa (LKS) dan tugas lainnya
selama proses pembelajaran berlangsung berlangsung atau
nilai hasil ulangan/ post tes.
: Kecakapan aktual/ nyata yaitu kecakapan siswa yang
dengan segera dapat didemonstrasikan
: diri yang nyata artinya kondisi yang nyata yang dimiliki oleh
siswa, baik berupa potensi fisik maupun psikhis.
: tepat, digunakan untuk alat pengumpul data (instrumen)
atau data yang telah dikumpulkan yang tepat sesuai dengan
kondisi objektif
: Hasil pencatatan observasi sehari-hari yang ditulis oleh
guru tentang perilaku siswa dalam satu kegiatan tertentu
: bakat, kecakapan khusus yang dimiliki siswa
: perhatian, dapat diartikan kemampuan siswa untuk
memberi perhatian kepada siswa lain dalam satu interaksi
sosial antar siswa
Cummulative record
Daily observatian
: catatan pribadi siswa yang berisi tentang semua data
lengkap tentang siswa, dapat disimpan dalam buku, kartu
atau komputer/ CD/soft file.
: Observasi Sehari-hari yaitu observasi yang tidak
Debil (moron)
Development
: perkembangan
direncanakan dengan seksama, tetapi dikerjakan sambil
mengerjakantugasrutinguru(mengajar),jugatidakmemiliki
pedoman dan dilaksanakannya secara insidental terhadap
tingkah laku murid yang menonjol atau menyimpang pada
saat pembelajaran. Juga tidak dipersiapkan kapan akan
dilakukan dan bagaimana prosesnya.
: murid dengan kecerdasan yang masih mendekati murid
normal yang berusia sekitar 9 - 10 tahun.
atau
pengembangan.
Diartikan
Diagnosis
Diciplinary interview
Dyad
Encouragement
General intelligence
Hazard
Home visit
234
: hasil sosiometri, dua orang siswa dalam satu kelas atau
kondisi/ situasi tertentu (misalnya pembentukkan
kelompok belajar, kelompok ekstra kurikuler, karyawisata)
yang saling memilih.
: Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan
pada proses mendorong perkembangan siswa.
: Abilitas dasar atau kecakapan dasar umum, kemampuan
siswa untuk dapat memecahkan masalah secara umum.
: hambatan dalam perkembangan siswa, dapat berupa fisik,
psikologis, personal, sosial.
: kunjungan guru ke rumah orang tua siswa dalam rangka
mengumpulkan data tentang siswa, mengkonfirmasikan
data yang berhubungan dengan orang tua.
perkembangan, apabila penekankannya pada perubahan
yang dialami oleh siswa. Diartikan dengan pengembangan,
apabila penekanannya pada fungsi bimbingan untuk
mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa
: merupakan langkah untuk mengetahui ini masalah/
kesulitan yang dihadapi oleh murid dan berbagai faktor
yang melatarbelakanginya.
: Wawancara disiplin merupakan suatu proses wawancara
yang dilakukan guru yang ditujukan untuk menegakkan
disiplin.
Bimbingana dan Konseling
Human relationship
Ideal self
Idiot
Imbecil
Industry vs inferiority
Informational interview : Wawancara pengumpulan data, merupakan tanya jawab
Intelligence Quotient
Intiative vs guilt
: siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial
yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
: gambaran/ keinginan diri yang ideal/ diharapkan.
: siswa dengan kecerdasaran yang mendekati murid normal
berusia di bawah 4 tahun.
: siswa dengan kecerdasaran mendekati murid normal
sekitar usia 5 - 6 tahun;
: produktif vs rendah diri. Tahapan perkembangan individu
yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil dalam tugas
perkembangannya akan produktif menghasilkan sesuatu
dan sebaliknya akan merasa rendah diri.
yang dilakukan antara guru dengan murid dengan maksud
untuk mendapatkan data atau fakta murid.
: ukuran kecerdasar yang biasa disingkat IQ, diperoleh dari
perbandingan umur mental dengan umur kronologis kali
seratus.
: insiatif vs rasa bersalah. Tahapan perkembangan individu
yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil dalam tugas
perkembangannya akan penuh inisiatif tetapi sebaliknya
akan penuh dengan rasa bersalah.
: murid yang tidak ada yang memilih untuk satu kegiatan di
kelas, sebagai hasil sosiometri.
: pengembangan instrument secara standar, seperti mengacu
pada kisi-kisi penyusunan instrument. Uji validitas empiris
dilakukan dengan penilaian/ penimbangan ahli.
: perbaikan, merupakan fungsi bimbingan untuk membantu
siswa yang telah atau sedang mengalami suatu masalah.
: keterampilan pengambilan keputusan untuk penyesuaian
sosial yang memadai sebagai suatu keterampilan hidup
: mengukur atau pengukuran, menggunakan instrumen yang
standar dan akan menghasilkan skor atau angka-angka
Bimbingana dan Konseling
235
Isolated sudent
Judgement
Kuratif
Life skills
Measurement
Mental age
Motorical / kinestetic abilities : gerak motoris siswa.
Non participative observation : Observasi Non-partisipatif , yaitu observasi
Numerical abilities
Objective-based lesson
Outcome-focused
hasil ukur yang menunjukkan tingkat kemampuan, atau
kekuatan dari aspek yang diukur dengan berpegang pada
standar tertentu
: umur mental (disingkat MA); yaitu umur kecerdasan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan
akademik.
Participative observation : Observasi Partisipatif, yaitu observasi dimana observer
Peer group
Placement interview
Potential ability
Preventive and development : pencegahan dan pengembangan yaitu untuk dapat
(guru) berada dalam situasi yang sedang diamati atau turut
serta melakukan apa yang dikerjakan oleh para murid.
: kelompok teman sebaya
: Wawancara penempatan adalah wawancara yang diadakan
dengan maksud membantu dalam penempatan di kelas,
dalam kelompok, kegiatan eksta kurikuler, latihan,
pengerjaan tugas, dll.
: Kecakapan Potensial, dapat berupa kecerdasan dan bakat
melakukan pencegahan murid MI/SD terhadap perilaku/
kegiatan ke arah yang negatif atau menyimpang terlebih
dahulu perlu pemahaman terhadap potensi, kekuatan,
kelemahan, kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki
oleh murid.
: guru memperkirakan/ menentukan jenis bantuan yang
diberikan berdasarkan atas jenis dan tingkat kesulitan/
masalah yang dihadapi.
: angket, merupakan alat pengumpul data secara tertulis.
: bakat bilangan, kemampuan yang dimiliki siswa dalam
mengoperasikan angka-angkat.
: Materi kurikulum diajarkan dengan unit fokus pada hasil
dan pengajaran yang berorientasi tujuan bagi murid dalam
kelompok kecil atau kelas.
: Layanan dasar bimbingan perkembangan memiliki cakupan
dan urutan bagi pengembangan kompetensi murid.
Prognosis
Quesioner
236
Bimbingana dan Konseling
Reinforcement
Remedial teaching
Responsivity
Scholastic aptitude
Self- acceptance
Self- adjustment
Self-direction
Self-improvement
Self-understanding
Self-enhancement
elf-esteem
Self-responsibility
Sharing
Social abilities
Spatial abilities
Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded
: penguatan
: pembelajaran perbaikan untuk meningkatkan penguasaan
kompetensi sesuai dengan yang disyaratkan.
: kemampuan siswa untuk mendengar keluhan atau
pandangan orang lain
: bakat sekolah yang berkenaan dengan kecakapan potensial
khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu
atau mata pelajaran.
: Qona'ah, penerimaan diri Dalam hal ini, murid hendaknya
dapat menerima diri apa adanya potensi-potensi dan
anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan harapan
murid tersebut ataupun tidak.
: penyesuaian diri
: mengarahkan dirinya
: perbaikan diri
: Pemahaman diri. Dalam hal ini, murid dapat memahami
dirinya sendiri akan potensi yang dimiliknya serta
permasalahan yang dihadapinya.
: pengayaan diri
: Harga diri
: tanggung jawab terhadap segalan apa yang telah dilakukan
serta menerima segala konsekuensinya. Murid MI/SD
memiliki keterbatasan dalam menerima tanggung jawab
dirinya.
: Sebagai makhluk sosial, murid memerlukan orang lain
untuk bersama-sama
: tilikan hubungan sosial, siswa yang mempunyai bakat ini
akan sangat mudah untuk melakukan interaksi sosial, relasi
pertemanan.
: bakat tilikan ruang yang dimiliki oleh siswa. Siswa yang
memiliki bakat ini cocok menjadi arsitek, design interior.
Bimbingana dan Konseling
237
Superior atau genius
Systematic observation
Tim oriented
Treatment/terapi
Trust vs mistrust
Tryad
adalahmuridyangbertindakjauhlebihlambatkecepatannya,
dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya,
dibandingkan dengan murid yang lain.
: adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan
dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang
lainnya.
: Observasi Sistematis yaitu observasi yang direncanakan
dengan seksama, serta memiliki pedoman yang berisi
tujuan, tempat, waktu dan butir-butir pertanyaan yang
menggambarkan tingkah laku murid yang diobservasi.
: dalam melaksanakan kegiatan bimbingan guru tidak bekerja
sendiri, tetapi melibatkan personel sekolah lainnya sebagai
team work.
: bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang
mempunyai masalah.
: percaya vs tidak percaya. Tahapan perkembangan individu
yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
Dalam tahapan ini, anak kalau berhasil dalam tugas
perkembangannya akan tertanam kepercayaan pada orang
lain, sebaliknya apabila tidak akan menjadi siswa yang
selalu curiga pada orang lain, tidak percaya, paranoid.
: hasil sosiometri, tiga orang siswa dalam satu kelas atau
Understanding the individual : pemahaman individu, langkah dalam bimbingan sebelum
Value
Verbal abilities
Verbal test
238
memberikan bantuan, diperlukan memahami secara
seksama berkaitan dengan potensi, kendala,pendukung
yang dimiliki oleh individu.
: mempertimbangkan nilai, artinya dalam bertingkah laku
siswa harus menyesuaikan dengan nilai yang berlaku di
masyarakat, baik nilai social, susila maupun agama.
: kecakapan berbahasa siswa, baik secara lisan, tulisan
maupun isyarat.
: Tes bakat dalam Test Binet-Simon yang mengungkap bakar
verbal siswa.
kondisi/
kelompok belajar, kelompok ekstra kurikuler, karyawisata)
yang saling memilih. Disebut juga dengan klik.
situasi
tertentu
(misalnya
pembentukkan
Bimbingana dan Konseling
Vocational aptitude
: bakat pekerjaan-jabatan yang berkenaan dengan kecakapan
potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam
pekerjaan.
Bimbingana dan Konseling
239
Daftar Pustaka
Abdul Rahman Mulyono. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Asli
Mahasatya.
Abin Syamsudin Makmun. (2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung : Rosda Karya.
ABKIN (2008), Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Jalur
Pendidikan Formal, Publikasi Jurusan PPB-FIP-UPI
Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan; Model Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung
: Disertasi PPS IKIP Bandung
Anne Anastasi, l988, Psychological Testing, New York : Mc Millan Publishing Company
Blocher, H. Donald. (l974). Developmental Counseling, New York : John Wiley & Sons.
Corey, Gerald. (1991). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (terjemahan E.
Koeswara). Semarang: IKIP Semarang Press.
Crytes, J. C. (1987). Career Counseling: Models, Methods, and Materials. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Dedi Supriadi. (1997). Profesi Konseling dan Keguruan, Bandung : PPs IKIP Bandung
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Semarang : Aneka Ilmu.
Dewa Ketut Sukardi, 1990, Analisis Tes Psikologi, Denpasar : Rineka Cipta
Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Planning. Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.
Dirjen PMPTK. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Dorothy, Keiter. (l975). Bagaimana Kita Dapat Berhasil dalam Belajar. Salatiga : Pusat
Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana.
Elfiah, R (2001). Program Bimbingan Karir bagi Mahapeserta didik IAIN Raden Intan
Bandar Lampung. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia : tidak diterbitkan
240
Bimbingana dan Konseling
Furqon. (2005). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Garry, R. & Kingsley, H.I., l987, The Nature and Condition of Learning, New Jersey : Practice
Hall.
Gysber's, N.C. & More, E.J. 1983. Career Counseling: Skills and Techniques for Practitioner.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Hall, S.A. (2003). "Expanding Academic and Career Self Efficacy : A Family Systems
Framework". Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003.
33-39.
Her, EL. & Cramers, S.H. (1979). Career Guidance Throught The Life Span. Boston: Litle,
Brown & Co.
Holland, J. L. (1985). Making Vocational Choice: Theories of Vocational Personalities and
Work Environment. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Inc.
Janda, Louis H. (1999). Career Tests. Massachusetts: Adams Media Corporation.
Juntika Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Juntika. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia
Koestoer Partowisastro. (l982). Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jilid 2, Jakarta
: Erlangga
Manrihu, T. M. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Bumi Aksara. Jakarta.
Miller, M. J. & Miller, T. A. 92055). Theoretical Application of Holland's Theory to
Individual Decision Making Styles: implication for Career Counselors. Journal
of Employment Counseling. Alexandria: Mart 2005. Vol 42 No. 1: 20-29.
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995) Guidance and Counseling in The Elementary and
Middle School, A Practical Approach, Madison : Brown & Benchmark
Nana Syaodih Sukmadinata, l983 : Teknik-Teknik Pemahaman Individu dalam Bimbingan
Penyuluhan, Jurusan BP FIP IKIP Bandung
Ni'mah. (2000). Penerapan Bimbingan Sosial-Pribadi melalui KBM di SD. Tesis. Bandung:
Sekolah Pascasarjana UPI.
Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto, 2005, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar Kurikulum 2004, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Bimbingana dan Konseling
241
Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto, 2005, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar Kurikulum 2004, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Osbom, D. S., Baggerly, J. N. (2004). "School Counselors Perceptions of Career Counseling
and Career Testing: Preferences, Priorities and Predictors". Journal of Career
Development. New York: Fall 2004. 31 (1): 1-45.
Osipow , S.H. (1983). Theories of Career Development, New Jersey: Practice Hall, Inc.
Petters, Herman J. & Shertzer, Bruce. (l974). Guidance Program & Management, Ohio : A
Bell & Howell Company
Pietrofesa, J.P., Bernstein, B, Minor, J, Stanford, S. (1980). Guidance An Introduction. Rand
McNally College Publishing Company: Chicago.
Prince, Jeffrey P. & Heiser, Lisa J. (2000). Essentials of Career Interest Assessment. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Rochman Natawidjaja. ed. (1979). Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Depdikbud.
Ruslan A. G. (1986). Bimbingan Karir. Penerbit Angkasa. Bandung.
Schmidt. (2003). Counseling in Schools. New York: Pearson Education, Inc.
Seligman, L. (1994). Development Career Counseling and Assessment. London: Sage
Publications, Inc.
Sharf, R. S. (1992). Applyng Career Development Theory to Counseling. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
Simon, S.B., Howe, L.W. & Kirschenbauw, H. (1972. Values Clarification. New York: Hart
Publishing Company, Inc.
Slameto. (1991). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta
Sumadi Suryabrata. (l984). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sunarto, H. & Agung Hartono, B., 1994, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Dirjen Dikti
Depsikbud
Sunaryo _, tt. Makna dan Analisis Perbuatan Belajar. Cianjur : STKIP Suryakancana.
Sunaryo Kartadinata. (1999). Bimbingan di SD. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek PGSD.
Sunaryo Kartadinata. (l992). Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Peserta
didik Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, IKIP Bandung,
242
Laporan Penelitian
Bimbingana dan Konseling
Sunaryo. (2004) Kerangka Pikir dan Kerja Bimbingan dan Konseling Konprehensif
Berbasis Perkembangan (Kompetensi), Materi Perkuliahan, tidak diterbitkan
Surya, M., l986, Psikologi Pendidikan, Bandung : Offset IKIP Bandung
Sutoyo Imam Utoyo. (1996). Nilai-nilai yang Digunakan Peserta didik dalam Pilihan Karir
(Suatu Studi Deskriptif Analisis tentang Peserta didik yang Karirnya Berhasil
maupun Gagal yang Mempengaruhi Layanan Bimbingan karir di Beberapa
SMA Propinsi Jawa Timur). Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana IKIP
Bandung.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Uman Suherman. (2001). "Karakteristik Peserta didik dan Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar". Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume IV. Nomor
7 - Mei 2001.
Uman Suherman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani
Production.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Penerbit CV Eka Jaya.
Winkel, WS., 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT
Grasindo
Yuan. (1998). Young People and Careers. Hongkong: CER Studies in Comparative
Education.
Zunker, V. G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
0 komentar:
Posting Komentar