MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MI/SD

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MI/SD

PENDAHULUAN
    Dalam   Kurikulum   Tingkat   Satuan   Pendidikan   (KTSP)   dijelaskan   bahwa   tujuan
pendidikan  dasar  adalah  meletakkan  dasar  kecerdasan,  pengetahuan,  kepribadian,
akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Dalam KTSP ada lima  kelompok mata pelajaran, materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangandiri.Dalamkegiatanpengembangandirimemilikitujuanyaitumemberikan
kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  mengembangkan  dan  mengekspresikan  diri
sesuai  dengan  kebutuhan,  kemampuan,  bakat  dan  minat  setiap  peserta  didik  sesuai
dengan kondisi sekolah serta tuntutan lingkungan hidup pesena didik.

    Program  Bimbingan  dan  Konseling  (BK)  di  MI/SD  dalam  KTSP  sangat  strategis,
sehingga  program  ini  perlu  didukung  oleh  manajemen  dan  kelengkapan  adminisirasi
secara memadai.


TUJUAN
    Setelah mempelajari materi tentang manajemen bimbingan dan koaseling di MI/SD,
diharapkan peserta didik dapat:

1.    Menjelaskan struktur program BK di MI/SD.
2.    Menjelaskan dan terampil dalam mengembangkan program BK di MI/SD.
3.    Menjelaskan tentang implementasi program BK dalam KBM.
4.    Menjelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di MI/SD.

    Untuk membantu Anda mencapai tujuan di atas, maka BBM 6 diorganisasikan menjadi
dua kegiatan belajar yaitu:

Kegiatan Belajar 1 : Struktur dan Pengembangan Program BK di MI/SD.
Kegiatan Belajar 2 : Implementasi Program BK dalam KBM dan Manajemen  bimbingan
    di SD.
Bimbingana dan Konseling
203


PETUNJUK BELAJAR
    Untuk  membantu  Anda  menguasai  seluruh  bahan  belajar  mandiri  dengan  baik,
perhatikanlah beberapa prosedur di bawah ini.

1.    Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan belajar mandiri ini sampai Anda
    memahami tujuan yang ingin dicapai.
2.    Setelah itu, Anda diharapkan mempelajari bagian demi bagian bahan belajar mandiri
    secara lebih cermat dan penuh perhatian, dan bila perlu berilah tanda khusus  pada
    bagian atau kata-kata kunci yang Anda anggap penting.
 3.   Apabila ada bagian materi belajar mandiri yang kurang difahami, maka diskusikanlah
    dengan  teman-teman  Anda.  Tetapi  bila  dengan  diskusi  pun  belum  mendapatkan
    pemahaman, sebaiknya dicatat dan tanyakan kepada tutor Anda pada saat tutorial
    tatap muka.
4.    Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah buku sumber yang disarankan.
5.

6.   Bila  Anda  telah  cukup  memahami  uraian  materi  yang  disajikan,  maka  kerjakanlah
 Buatlah  kesimpulan  dengan  kata-kata  Anda  sendiri  dari  keseluruhan  materi  yang
telah Anda pelajari dalam bahan belajar mandiri ini.

latihan dan tes formatif yang tersedia pada setiap akhir kegiatan belajar.
204
Bimbingana dan Konseling


1
STRUKTUR DAN PENGEMBANGAN
     PROGRAM BK DI MI/SD
1.   Komponen Program BK di MI/SD
    Sesuai dengan Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan  Formal  (Depdiknas,  2007)  bahwa  komponen  program  layanan  bimbingan
dan  konseling  mencakup:   (1)  komponen   pelayanan  dasar;  (2)  komponen  pelayanan
responsif; (3) komponen perencanaan individual; dan (4) komponen dukungan sistem
(manajemen).


a.   Pelayanan dasar bimbingan
1.   Pengertian
    Pelayanan   dasar   bimbimbingan   diartikan   sebagai   proses   pemberian   bantuan
kepada   seluruh   konseli/peserta   didik   melalui   kegiatan   penyiapan   pengalaman
terstruktur  secara  klasikal  atau  kelompok  yang  disajikan  secara  sistematis,  dalam
rangka  mengembangkan  perilaku  jangka  panjang  sesuai  dengan  tahap  dan  tugas-
tugas  perkembangan  (yang  dituangkan  dalam  standar  kompetensi  kemandirian)  yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil pebutuhan dalam
menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen asesmen perkembangan peserta didik
dan kegiatan tatap muka terjadwal yang terintegrasi dalam pembelajaran di kelas sangat
sesuai  untuk  mendukung  implementasi  komponen  ini.  Asesmen  terhadap  kebutuhan
dan  perkembangan    itu  sangat  diperlukan  untuk  dijadikan  landasan  pengembangan
pengalaman terstruktur peserta didik.


2.   Tujuan
    Tujuan  pelayanan  dasar  bimbingan  ini  bertujuan  untuk  membantu  semua  peserta
didik   agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh  dasar  keterampilan  hidupnya;  atau  dengan  kata  lain  membantu  peserta
Bimbingana dan Konseling
205


didik  agar  mereka  dapat  mencapai  tugas-tugas  perkembangannya.  Secara  rinci  tujuan
pelayanan dasar bimbingan ini dapat dirumuskan secagai upaya membantu peserta didik
agar:

a)  memiliki  kesadaran  (pemahaman)  tentang  diri  dan  lingkungannya  (pendidikan,
    pekerjaan, sosial-budaya dan agama);
b) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
    seperangkan tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya;
c)  mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya; dan
d)  mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
    Dengan  demikaian,    melalui  pelayanan  dasar  bimbingan  ini  peserta  didik  akan
terbantu dalam mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan dasar
untuk kehidupannya yang mengacu kepada tugas-tugas perkembangan peserta didik MI/
SD.
3.   Fokus pengembangan
    Untuk  mencapai  tujuan  tersebut,  maka  dalam   pelayanan  dasar  bimbingan,  fokus
perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangannya, sehingga peserta didik diharapkan dapat memahami dan menerima
diri,   mengenal lingkungan, memecahkan masalah, memiliki konsep diri yang adekuat,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik,  serta menjadi pribadi mandiri. Materi pelayanan
dasar  dirumuskan  dan  dikemas  atas  dasar  standar  kompetensi  kemandirian  peserta
didik MI/SD

    Beberapa contoh materi layanan dasar bimbingan untuk peserta didik MI/SD, yaitu:

a.    Pemahaman dan penerimaan diri
b.    Sikap dan kebiasaan belajar
c.    Motivasi belajar
d.   Kemampuan memecahkan masalah
e.    Self esteem
f.     Membuat program kegiatan sehari-hari
g.    Cara mengembangkan minal, bakal.
h.    Keterampilan berkomunikasi
i.
j.     Keefektifan dalam hubungan antar pribadi
k.    Cara belajar yang efektif
l.
Keterampilan pengambilan keputusan


dsb.
206
Bimbingana dan Konseling


    Pelayanan dasar himbingan ditujukan untuk semua peserta didik, disajikan dengan
menggunakan  strategi  klasikal  dan  dinamika  kelompok,  baik  dalam  kelompok  kecil
maupun besar. Kurikulum materi layanan dasar bimbingan disusun dengan mcnggunakan
sumber-sumber  rujukan  dan  sumber  lainnya  yang  relevan,  serta  dilengkapi  dengan
strategi penyampaian dan penilaian. Materi dan penyajian pelayanan dasar hendaknya
memperhatikan/disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangan peserta didik MI/
SD.


b.   Pelayanan responsif (responsive sevices)
1.   Pengertian
    Pelayanan responsif adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang
memiliki  kebutuhan  dan  menghadapi  masalah  yang  memerlukan  penanganan  dengan
segera,  sebab  jika  tidak  segera  dibantu  dapat  menilmbulkan  gangguan  dalam  proses
pencapaian tugas-tugas perkembangannya.


2.   Tujuan
    Pelayanan renponsif bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya, atau membantu peserta didik
yangmengalamihambatan dankegagalandalammencapaitugas-tugasperkembangannya.
Tujuan pelayanan ini dapat juga dikekakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan pada
saat itu. Hal tersebut berkenaan dengan masalah-masalah sosial-pribadi, karir, dan atau
masalah pengembangan belajar-pendidikan.


3.   Foku pengembangan
    Fokus  pelayanan    ini  berhubungan  dengan  masalah  pribadi-sosial,  belajar  atau
pengembangan   pendidikan,   dan   perencanaan   karir.   Dengan   demikian,   isi   layanan
responsif yaitu: (1) bimbingan pribadi-sosial; (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan
karir.

    Pelayanan responsif lebih bersifat prevenlif, meskipun dalam praktiknya dapat pula
menjadi  bantuan  penyembuhan  atau  kuratif.  Proses  pelayanan  responsif  dirancang
dengan menggunakan strategi relasi interpersonal, sehingga berlangsung interaksi antar
pribadi yang bersifat membantu. Oleh karena itu, pelayanan ini memiliki nilai terapeutik
bagi peserta didik yang sedang mengalami masalah psikis.

    Fokus pelayanan responsif bergantung pada kebutuhan atau masalah peserta didik
yang  muncul.  Kebutuhan  dan  masalah  peserta  didik  itu  berkaitan  dengan  keinginan
untuk  mengetahui  sesuatu  hal  karena  dipandang  penting  bagi  perkembangan  dirinya
Bimbingana dan Konseling
207


secara  positif.  Masalah  peserta  didik  itu  juga  yang  berhubungan  dengan  berbagai  hal
yang   dirasakan   mengganggu   kenyamanan   hidup   atau   menghambat   perkembangan
peserta didik, karena tidak terpenuhi kebutuhannya atau gagal dalam mencapai tugas-
tugas  perkembangan.  Untuk  memahami  masalah  peserta  didik  pada  umumnya  tidak
mudah diketahui secara langsung, namun dapat diidentifikasi/difahami melalui gejala-
gejala perilaku yang ditampilkannya. Masalah (gejala-gejala perilaku bermasalah) yang
mungkin dialami peserta didik dan menjadi fokus pelayanan ini antara lain:

a.    merasa cemas menghadapi seseuatu;
b.    merasa rendah diri;
c.    berperilaku impulsif, yaitu melakukan sesuatu tanpa pertimbangan ayau alasan yang
    tepat;
d.   membolos dari madrasah/sekolah;
e.    malas belajar;
f.     kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik;
g.    kurang bisa bergaul atau melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan;
h.    malas beribadah;
i.     prestasi belajar rendah.

    Untuk  memahami  kebutuhan  dan  masalah  peserta  didik  MI/SD  dapat  dilakukan
melalui asesmen dan analisis perkembangannya, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya  inventori  tugas-tugas  perkembangan  (ITP)  untuk  usia  MI/SD,  angket  siswa,
wawancara, pengamatan/observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes, dan
daftar masalah atau alat ungkap masalah (AUM).


c.    Layanan perencanaan individual
1.   Pengertian
    Perencanaan individual adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan
membantu  seluruh  peserta  didik  agar  mampu  merumuskan  dan  melakukan  aktivitas
yang   berkenaan   dengan   perencanaan   masa   depan   berdasarkan   pemahaman   akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
terseduia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang segala
karakteristik  dirinya,  penafsiran  hasil  asesmen  serta,  dan  penyediaan  informasi  yang
lengkap dan tepat, sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan
yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan
dan kebutuhan khusus peserta didik.

    Olah karena itu, layanan perencanaan individual berisikan bidang layanan pribadi-
sosial,  bidang  pendidikan-belajar,  dan  bidang  karir.  Dengan  terbantunya  peserta  didik
dalam  memantau  dan  memahami  pertumbuhan  dan  perkembangan  dirinya  sendiri,
diharapkan  ia  dapat  merencanakan  dan  mengimplementasikan  rencananya  itu  secara
208
Bimbingana dan Konseling


terarah dan optimal.


2.   Tujuan
    Layanan perencanaan individual dirancang dengan tujuan untuk membantu peserta
didik agar:

a)   memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya;
b)   mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan
    dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir sesuai tahapan
    perkembangan usia MI/SD; dan
c)   dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
    dirumuskannya.

    Tujuan  layanan  perencanaan  individual  ini  dapat  juga  dirumuskan  sebagai  upaya
untuk  memfasilitasi  peserta  didik  untuk  merencanakan,  memonitor,  dan  mengelola
rencana  pendidikan,  karir,  dan  pengembangan  pribadi-sosial  oleh  dirinya  sendiri.  Isi
layanan  perencanaan  individual  ini  adalah  hal-hal  yang  menjadi  kebutuhan  peserta
didik  untuk  memahami  secara  khusus  tentang  perkembangan  dirinya  sendiri.  Dengan
demikian, meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh peserta
didik, namun pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarka atas
perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing peserta didik.


3.   Fokus pengembangan
    Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan pribadi-sosial. Secara rinci, cakupan fokus tersebut untuk murid MI/
SD antara lain berkenaan dengan aspek :

a.    akademik, meliputi menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar (calistung) yang baik-
    efektif, memanfaatkan keterampilan belajar, memilih kursus atau pelajaran tambahan
    yang tepat, memilih pendidikan lanjutan, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
    belajar sepanjang hayat.
b.    Karir,meliputimemahamisegalakekuatandankelemahandirisendiri,mengeksplorasi
c.
lingkungan sekitar tempat tinggal, membiasakan diri bekerja dengan sebaik-baiknya,
berlatih membuat rencana kegiatan dan pengambilan keputusan secara tepat.
Pribadi-sosial,  meliputi  pengembangan  konsep  diri  yang  positif  dan  keterampilan
sosial yang efektif, sehingga dapat melakukan penyesuaian terhadap diri sendiri dan
lingkungan secara secara serasi dan seimbang.
d.   Komponen dukungan sistem
    Ketiga  komponen  di  atas  merupakan  pelayanan  bimbingan  dan  konseling  kepada
Bimbingana dan Konseling
209


peserta  didik  secara  langsung.    Sedangkan  dukungan  sistem  merupakan  komponen
pelayanan  dan  kegiatan  manajemen,  tata  kerja,  infra  struktur  dan  pengembangan
kemampuan  guru  dalam  penerapan  fungsi  dan  prinsip-prinsip  bimbingan  di  MI/SD,
sehingga guru dapat melakukan bantuan atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
peserta   didik.   Dengan   demikian,   kegiatan-kegiatan   manajemen   dapat   membantu
menetapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling. Kegiatan
ini diharapkan dapat membantu guru MI/SD dalam mengimplementasikan layanan dasar
bimbingan, layanan responsif, dan perencanaan individual peserta didik.

    Komponen   dukungan   sistem   ini   meliputi:   pengembangan   jejarang,   kegiatan
manajemen, penelitian dan pengembangan.

1)   Pengembangan  jejaring,  menyangkut  kegiatan-kegiatan:  konsultasi/bekerja  sama
    dengangurulain,bekerjasamadenganorangtuaataumasyarakat,berpartisipasidalam
    merencanakan   dan   melaksanakan   kegiatan-kegiatan   madrasah/sekolah,   bekerja
    sama dengan personel sekolah laiinnya dalam menciptakan lingkungan madrasah/
    sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, menelaan masalah-masalah
    yang berkaitan erat dengan pelayanan bimbingan, dan kekerja dengan pihak-pihak
    lain yang terkait dengan penerapan bimbingan terpaqdu di madrasah/sekolah.
2)   Kegiatan manajemen, merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara
    dan melaksanakan bimbingan dan konseling yang terintegrasi secara efektif dalam
    pembelajaran  di  kelas.  Kegiatan  manajemen  ini  diarahkan  pada  pengembangan
    program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya masyarakat, pengembangan
    dan penataan kebijakan, prosedur, dan pedoman tertulis.

    Dalam  implementasinya  di  madrasah/sekolah,  masing-masing  bidang  pelayanan
memiliki alokasi waktu, seperti untuk: (1) Pelayanan dasar bimbingan adalah 55-55%;
(2) Pelayanan responsif (20%-30%); (3) Layanan perencanaan individual (5% -10%);
dan (4) Pendukung Sistem (10%-15%).

    Keempat komponen pelayanan utama bimbingan dan konseling seperti diuraikan di
atas, dalam implementasinya didukung oleh layanan-layanan yang lainnya, yaitu:

a.   Layanan pengumpulan data
    Layanan ini merupakan kegiatan awal dalam bentuk menghimpun informasi tentang
peserta  didik  beserta  latar  belakangnya.  Pengumpulan  data  tentang  peserta  didik
merupakan  identifikasi  awal  tentang  identitas  peserta  didik,  kemampuan,  bakat  dan
minat, beserta latar belakang keluarganya. Layanan pengumpulan data bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang objektif terhadap peserta didik dan membantu mereka
agar dapat berkembang secara optimal.
210
Bimbingana dan Konseling


b.   Layanan orientasi dan pemberian informasi
    Kegiatan ini merupakan layanan pertama yang diberikan kepada peserta didik. Pada
saat peserta didik memasuki sekolah sangat membutuhkan informasi tentang sekolah,
seperti kurikulum, cara belajar, tata tertib, guru-gurunya dan fasilitas sekolah yang dimiliki
(perpustakaan, ruang belajar, ruang guru, WC,  dsb). Layanan ini bertujuan agar peserta
didik memiliki informasi yang memadai tentang dirinya dan lingkungannya. Layanan ini
sangat strategis agar peserta didik dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Layanan ini disampaikan juga kepada orangtua
agar dapat membantu putra putinya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
terutama dalam mengikuti pembelajaran. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan
pada waktu peserta didik memasuki sekolah dan akan diulang pada setiap tahun ajaran
baru, namun pelayanan informasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.


c.   Layanan Penempatan
    Layanan Penempatan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mendapatkan
tempat  atau  penyaluran  yang  sesuai  dengan  potensi  yang  dimilikinya  sehingga  dapat
mengembangkan dirinya secara optimal. Perkembangan optimal ini akan dapat dicapai
bilamana individu berada pada posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi, bakat,
minat  dan  kemampuannya.  Program  layanan  penempatan  merupakan  kelanjutan  dari
layanan orientasi dan informasi ini. Jika layanan orientasi memberikan infomasi secara
umum,  seperti  tentang  cara-cara  belajar  yang  efektif,  belajar  kelompok,  menyalurkan
bakat  dan  minat,   sedangkan  layanan  penempatan  lebih  memperhitungkan  alternatif
kemungkinan penempatan peserta didik secara individual, dengan melalui pengukuran
terhadap kemampuan, bakat dan minat, serta kemungkinan-kemungkinan khusus lainnya.
Beberapa jenis layanan penempatan bagi peserta didik di MI/SD, yaitu :


1)   Layanan penempatan dalam belajar di kelas
    Dalam  kegiatan  belajar  di  kelas,  terkadang  ada  peserta  didik  yang  mengalami
kesulitan  menentukan  pilihan  kelompok  belajar,  posisi  duduk,  kegiatan  belajar,  dsb.
Untuk menghadapi peserta didik yang demikian, layanan penempatan dapat memberikan
bantuan. Peserta didik yang baru masuk kelas I MI/SD, mereka datang dari latar belakang
lingkungan  dan  pengalaman  yang  berbeda  satu  sama  lain.  Ada  peserta  didik  yang
sebelumnya pemah masuk TK/TKA, akan tetapi tidak sedikit yang belum pernah memasuki
TK/TKA. Oleh karena itu,  mereka memasuki MI/SD dengan membawa kemampuan awal
yang berbeda, terutama pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Keadaan ini
harus dihadapi dengan bijaksana, sehingga setiap peserta didik mendapatkan posisi yang
tepat dan mereka mendapatkan suasana belajar yang menyenagkan. Guru kelas harus
mampu  menempatkan  peserta  didik  secara  tepat.  Jika  diperlukan  ada  tes  sederhana
tentang kemampuan calistung, tetapi bukan untuk seleksi masuk kelas I MI/SD. Hasil tes
Bimbingana dan Konseling
211


dapat digunakan untuk penempatan posisi duduk dan kelompok belajar di kelas. Peserta
didik  yang  pandai  dapat  menjadi  tutor  sebaya  bagi  temannya  yang  lain,  atau  dapat
dijadikan  pertimbangan  untuk  pembagian  kelas  biasa  dengan  kelas  unggulan.  Proses
menempatkan peserta didik ini harus dipertimbangkan yang matang berdasarkan data
atau informasi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam mengambil
keputusan.


2)    Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler
    Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler sangat diperlukan agar peserta
didik memperoleh kegiatan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Oleh
karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang kemampuan,
bakat dan minat setiap peserta didik binaannya, sehingga dapat menempatkan peserta
didik  pada  kegiatan  ekstra  kurikuler  yang  sesuai.  Kegiatan  ekstra  kurikuler  di  MI/SD
dapat dikempokka dalam beberapa macam, sepeiti olah raga, kesenian (seni tari, seni
suara, seni musik, seni gambar), kelompok ilmiah remaja, pramuka dan lain sebagainya.
Dengan adanya penempatan peserta didik pada kegiatan ekstra kurikuler secara tepat,
diharapkan akan mengembangkan kemampuan secara optimal.


d.   Layanan konseling
    Layanan ini hanya dapat diselenggarakan oleh guru pembimbing profesional, yaitu
guru yang berlatar belakang pendidikan sarjana bimbingan dan konseling. Layanan ini
dapat  secara  individual  maupun  kelompok,  bagi  peserta  didik  yang  memiliki  masalah
pribadi.  Tujuan  layanan  konseling  adalah  untuk  membantu  peserta  didik  agar  dapat
memecahkan masalahnya sendiri. Layanan konseling sering disebut merupakan kegiatan
inti  dari  keseluruhan  layanan  bimbingan,  karena  bantuan  melalui  konseling  langsung
berkenaan dengan pribadi setiap peserta didik.


e.     Layanan referal
    Referal atau alih tangan merupakan layanan dengan melimpahkan masalah kepada
pihak yang lebih mampu dan berwenang. Layanan referal ini dilakukan apabila masalah
yang  dihadapi  peserta  didik  di  luar  kemampuan  atau  kewenangan  guru  atau  guru
pembimbing MI/SD. Menumt Surya (1986; 24) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam layanan referal, yaitu:

1)   Referal harus disertai dengan data yang lengkap tentang peserta didik dan masalah
    yang dihadapinya.
2)   Referal harus disertai dengan surat pengantar yang menjelaskan tujuan referal.
3)   Referal harus disetujui oleh peserta didik yang bersangkutan, dan orang tua kalau
    perlu.
212
Bimbingana dan Konseling


4)   Layanan  referal  harus  tetap  menjadi  tanggung  jawab  pihak  sekolah.  Pihak  yang
    dirujuk harus tetap menjalin hubungan dengan pihak sekolah.
5)   Pihak yang dirujuk harus memberikan laporan terperinci tentang perkembangan dan
    hasil upaya rujukan itu kepada pihak sekolah. Laporan tersebut penting diketahui dan
    dijadikan bahan untuk memberikan perlakuan yang berkesinambungan di sekolah
    dan di rumah.

f.    Layanan evaluasi dan tindak lanjut
    Evaluasi  dan  tindak  lanjut  erupakan  layanan  untuk  menilai  keberhasilan  program
bimbingan yang telah dilaksanakan. Melalui evaluasi, dapat diketahui program yang tidak
mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, sehingga dapat dianalisis dan ditentukan
untuk program tindak lanjutnya.

    Tujuan dilaksanakannya layanan evaluasi dan tindak lanjut adalah:

1)   Untuk mengertahui apakah program layanan sudah dapat dilaksanakan dengan baik
    ?
2)   Untuk mengatahui efektifitas layanan yang sudah diberikan.
3)   Untuk mengetahui kontribusi layanan bimbingan terhadap program sekolah.
4)   Untuk  mendorong  kepala  sekolah  dan  seluruh  personal  sekolah  dalam  melakukan
    perbaikan-perbaikan layanan dan program sekolah dalam rangka mencapai tujuan
    pendidikan.
5)   Dengan evaluasi seluruh guru diharapkan dapat menyadari akan tugas dan tanggung
    jawabnya masing-masing sebagai pelayan kebutuhan peserta didiknya.
6)   Untuk  mengetahui  aspek-aspek  apa  saja  yang  perlu  dimasukkan  dalam  program
    layanan bimbingan selanjutnya.

2.   Struktur Program Bimbingan di MI/SD
    Penyusunan program bimbingan dan konaseling di madrasan/sekolah dimulai dari
kegiatan   asesmen   yaitu   kegiatan   mengidentifikasi-menganalisis   aspek-aspek   yang
dijadikan  bahan  masukan  bagi  penyusunan  program  tersebut.  Kegiatan  asesmen  ini
mencakup :

a.    asesmen  lingkungan,  yaitu  kegiatan  mengidentifikasi  harapan  madrasah/sekolah
    dan masyarakat (orangtua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung, kondisi/
    kualifikasi guru, dan kebijakan pimpinan madrasah/sekolah;
b.    asesmen  kebutuhan  atau  masalah  peserta  didik,  yang  menyangkut  karakteristik
    peserta  didik,  seperti  aspek  fisik  (kesehatan  dan  keberfungsiannya),  kecerdasan,
    motif-motivasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (olahraga, seni,
    keagamaan),  masalah-masalah  yang  dialami,  dan  kepribadian;  atau  tugas-tugas
    perkembangannya  sebagai  dasar  untuk  memberikan  pelayanan  bimbingan  dan
    konseling secara terpadu dalam pembelajaran di kelas.
Bimbingana dan Konseling
213


    Berikut  ini  adalah  struktur  utuh  pengembangan  program  di  madrasan/sekolah
yang berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Dalam merumuskan program bimbingan dan konseling di MI/SD, struktur
dan isi atau materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik di setiap madrasah/sekolah.

1.    Rasional
    Berisikan  rumusan  dasar  pemikiran  tentang  pentingnya  bimbingan  dan  konseling
    dalam keseluruhan program madrasah/sekolah, yang mencakup konsep dasar yang
    digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran atau implementasi
    kurikulum,  dampak  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  sosial-budaya  terhadap
    kehidupan masyarakat, dan hal-hal lain yang relevan.

2.    Visi dan Misi
    Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke
    dalam fokus isi, yaitu :
    a.    Visi  :  Membangun  iklim  madrasah/sekolah  bagi  keberhasilan  seluruh  peserta
        didik.
    b.    Misi : Mamfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi
        di bidang akademik, pribadi-sosial dan karir berlandaskan pada tata kehidupan
        etis-normatif  dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3.    Deskripsi Kebutuhan
    Berisikan rumusan hasil penilaian kebutuhan (need assessment) peserta didik dan
    lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta
    didik.

4.    Tujuan
    Berisikan  rumusan  tujuan  yang  akan  dicapai  dalam  bentuk  perilaku  yang  harus
    dikuasai  peserta  didik  setelah  memperoleh  pelayanan  bimbingan  dan  konseling
    secara terpadu dalam pembelajaran di kelas. Tujuan yang dirumuskan, hendaknya
    mencakup tiga tataran, yaitu :
    a.    Penyadaran,  untuk  membangun  pengetahuan  adan  pemahaman  peserta  didik
        terhadap,perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai.
    b.    Akomodasi,   untuk   membangun   pemaknaan,   internalisasi,   dan   menjadikan
        perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya.
    c.    Tindakan,  yaitu  mendorong  peserta  didik  untuk  mewujudkan  perilaku  dan
        kompetensi baru itu dalam tindaklan  nyata sehari-hari.

5.    Komponen Program
    Program bimbingan dan konseling di madrasan/sekolah mencakup:
214
Bimbingana dan Konseling


    a.    Komponen pelayanan dasar bimbingan
    b.    Komponen pelayanan responsif *)
    c.    Komponen perencanaan individual
    d.   Komponen dukungan sistem (manajemen).

6.    Rencana Operasional
    Rencana kegiatan diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program bimbingan dan
    konseling  berjalan  secara  efektif  dan  efisien,  meskipun  implementasi  di  SD  masih
    terpadu dalam proses pembelajaran di kelas. Rencana kegiatan adalah uraian detil
    dari program yang menggambarkan struktur program, baik kegiatan di madrasah/
    sekolah maupun luar madrasah/sekolah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
    tugas perkembangan atau kompetensi tertentu.
7.    Pengembangan Tema/Topik
    Tema atau topik merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan
    yang  terkait  dengan  tugas-tugas  perkembangan,  dirumuskan  dalam  bentuk  materi
    untuk setiap komponen program.
8.    Pengembangan Satuan Pelayanan
    Dikembangkan  secara  bertahap  sesuai  dengan  tema/topik,  dibuat  tersendiri  atau
    diintegrasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
9.    Evaluasi
    Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar tujuan yang
    ingin dicapai, sedangkan evaluasi program difokuskan pada tingkat keterlaksanaan
    program.
10. Anggaran
    Rencana  anggaran  untuk  mendukung  implementasi  program  dinyatakan  secara
    cermat, rasional, dan realistik.

    Berdasarkan  paparan  di  atas,  berikut  ini  ditampilkan  contoh  program  bimbingan
di  MI/SD  yang  dalam  implementasinya  terintegrasi  dalam  proses  pembelajaran  yang
diselenggarakan oleh guru kelas.
Bimbingana dan Konseling
215


CONTOH PROGRAM BIMBINGAN DI MI/SD
No    Jenis Layanan Bimbiagan
1
2
8
Semester 1
   9       10
11
12
1
2
Semester 2

  3        4
3.1   Identifikasi kemampuan
     peserta didik
3.2   Penempalan peserta didik

     a. Kelas Biasa
     b. Kelas Unggulan
4

5



6
3
Penyusunan program
Himpunan data, orientasi dan
informasi
a. Orientasi dan informasi bagi
kelas 1
b. Pemberian informasi kepada
orang tua

Penempatan/Penyaluran
7
   8

   9


216
c. Tempat Duduk

d. Kegiatan Ekstrakurikuler

Bimbingan untuk
pengembangan penguasaan
tugas-tugas perkembangan
Bimbingan Belajar

a. Diagnostik dan pengajaran
remedial
b. Pengayaan

Konseling

a. Peserta didik yang
mengalami hambatan sosial
pribadi
b. Peserta didik yang
mengalami hambatan dalam
pengembangan moral
c. Peserta didik yang
mengalami hambatan dalam
perkembangan fisik

Bimbingan Karir


a. Identifikasi Bakat dan
kemampuan Peserta didik

b. Pengenalan Lingkungan
Sekolah
c. Persiapan memilih SLTP

Kerjasana dengan orang tua/
masyarakat
Alih tangan kasus
7

X


X

X



X



X
X

X
5
6
X
X
X
X
    Ket.


  1 s.d 12
 Bulan Jan.
   s.d dcs,

 X - Waktu
Pelaksanaan
X



?
X

X



?

?



?


?


?




?
X



?

?



?


?


?




?
X



?

?



?


?


?




?
X



?

?



?


?


?




?
X



?

?



?


?


?




?
X



?

?



?


?


?




?
X



?

?



?


?


?




?
?
?
?

?
?

?
?

?
?

?
?

?
X



?

?



?


?


?




?


X


?

?
X



?

?



?


?


?




?


X


?

?
X



?

?



?


?


?




?


X


?
      ?
Pelaksanaan
disesuaikan
   dengan
 kebutuhan
Bimbingana dan Konseling


10
12    Tindak lanjut
11    Analisis hasil pelaksanaan
bimbingan
Evaluasi pelaksanaan
bimbingan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
    Dari  program  umum  bimbingan  dan  konseling  di  MI/SD  seperti  contoh  di  atas,
dijabarkan kembali menjadi program khusus di antaranya adalah:

a.   Pengumpulan data peserta didik
    Data tentang peserta didik merupakan informasi awal yang sangat diperlukan oleh
    pihak guru/sekolah berkenaan dengan segala karateristik peserta didik, baik datas
    atau  informasi  tentang  keadaan  aspek  pisik-jasmaniah  maupun    psikis-ruhaniah
    seperti dijelaskan terdahulu. Data tersebut di atas diperlukan mulai saat anak masuk
    sekolah  di  awal  tahun  ajaran,  sehingga  sekolah  dapat  membuat  program  sesuai
    dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik.
b.   Layanan orientasi dan pemberian informasi
    Layan orientasi pada setiap jenjang kelas sangat diperlukan terutama pada peserta
    didik kelas 1 yang baru pertama kali memasuki tingkat sekolah yang sesungguhnya.
    Kesan tentang sekolah harus baik atau positif dan menyenangkan sehingga peserta
    didik tidak merasa asing atau takut tentang lingkungan barunya, seperti tentang guru,
    fasilitas yang dimiliki sekolah, tata tertib, cara belajar dsb. Keikutsertaan orangtua
    dalam kegiatan orientasi sangat diperlukan untuk membantu putra-putrinya dalam
    menyesuaikan diri dengan sekolah.
c.   Layanan penempatan dan penyaluran
    Layanan   ini   perlu   dikembangkan   di   MI/SD   sejak   memasuki   sekolah   sampai
    menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut, baik penempatan/penyaluran pada
    kegiatan  intra  kurikuler  maupun  ekstra  kurikuler.  Melalui  layanan  ini,  diharapkan
    peserta didik MI/SD ini terfasilitasi proses perkembangan perilaku dan pribadinya
    secara optimal.
Bimbingana dan Konseling
217


LATIHAN
    Untuk memperdalam. materi    yang baru saja anda baca dan pelajari, silakan anda
mengerjakan lalihan di bawah ini:

1.    Jelaskan makna pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, dan perencanaan
    individual di MI/SD !
2.    Beri  penjelasan  kemungkinan  implementasi  program  bimbingan  dan  konseling  di
    MI/SD !
3.   Apa  saja  jenis  dan  kelengkapan  administrasi  yang  akan  menunjang  pelaksanaan
    bimbingan di MI/SD ?
4.   Kemukakan komponen struktur utuh program bimbingan di MI/SD !

RANGKUMAN
    Struktur  program  bimbingan  di  MI/SD  terdiri  dari  4  komponen  kegiatan  utama,
yaitu:

1.    Layanandasarbimbingan,yaitulayananyangmembantupesertadidikmengembangkan
    perilaku  efektif  dan  keterampilan  dasar  untuk  kehidupan  yang  mengacu  kepada
    tugas-tugas perkembangan peserta didik SD.
2.   Layanan  responsif,  yaitu  layanan  yang  ditujukan  untuk  membantu  peserta  didik
    dalam bentuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang
    dirasakan pada saat itu.
3.   Layanan perencanaan individual, yaitu membantu peserta didik membuat rencana
    pendidikan secara tepat dan mengimplentasikan rencana-rencana pendidikannya itu
    secara terarah.
4.    Dukungan    sistem,    merupakan    kegiatan    manajemen    yang    bertujuan    untuk
    memantapkan,    memelihara,    dan    meningkatkan    program    bimbingan    secara
    menyeluruh  melalui  pengembangan  ,  hubungan  masyarakat  dan  staf,  konsultasi
    dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program,
    penelitian dan pengembangan.

    Keempat komponen layanan utama bimbingan di atas perlu didukung oleh layanan
yang lainnya, yaitu: l) pengumpulan data; 2) layanan orientasi dan pemberian informasi;
3) layanan penempatan; 4) konseling; 5) referral,  6) evaluasi dan tindak lanjut. Program
bimbingan tidak akan berjalan dengan baik bilamana tidak didukung oleh organisasi dan
administrasi bimbingan memadai.
218
Bimbingana dan Konseling


TES FORMATIF 1

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !
1.  Program bimbingan di sekolah merupakan :
    A. bagian yang integral dari program pendidikan;
    B. bagian yang terpisah agar mudah mengaturnya;
    C. program yang dikelola oleh lembaga khusus bimbingan;
    D. kegiatan yang dilakukan sementara sesuai denga kebutuhan.

2.    Komponen  pelayanan  bimbingan  yang  ditujukan  untuk  membantu  permasalahan
    peserta didik yang dirasakan pada saat ini adalah :
    A. pelayanan dasar bimbingan;      C. perencanaan individual;
    B. pelayanan responsif;                   D. dukungan sistem.

3.  Layanan pemberian informasi mencakup berbagai informasi yang diperlukan peserta
    didik untuk mendukung keberhasilan belajarnya, kecuali :
    A. cara-cara belajar yang efektif;   C. pemanfaatan dan pengaturan keuangan;
    B. pemanfaatan waktu luang ;        D. membuat cacatan yang teratur.

4.  Penyelenggaraan administrasi bimbingan di sekolah bertujuan agar:
    A. layanan bimbingan dapat dilaksanakan secara ideal;
    B. mendukung kelancaran pelaksanaan program bimbingam;
    C. menciptakan hubungan administratif yang jelas dan tegas;
    D. setiap petugas bimbingan menyadari peranannya masing-masing.

5.  Program bimbingan dan konseling di MI/SD sebaiknya diorganisasikan sesuai dengan
    :
    A. situasi dan kondisi sekolah setempat;
    B. juklak atau juknis dari  Dinas Pendidikan;
    C. kebutuhan dan permasalahan peserta didik;
    D. visi, misi dan tujuan sekolah yang dicanangkan.

6.   Pernyataan   yang   dirumuskan   untuk   membangun   iklim   madrasah/sekolah   bagi
    keuksesan seluruh peserta didik, disebut :
    A.   Misi                                             C. deskripsi kebutuhan
    B.   Visi                                              D. tujuan pelayanan

7. Berikut ini merupakan tujuan pelayanan dasar bimbingan bagi peserta didik, kecuali :
    A.   memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya;
    B.   mampu membuat rencana kegiatan sesuai dengan nilai dan kebutuhannya;
    C.   mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya;
Bimbingana dan Konseling
219


    D.   mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupmnya.
8. Kegiatan-kegiatan berikut merupakan fokus pelayanan perencanaan individual pada
    aspek akademik, kecuali :
    A. menumbuhkan sikap positif terhadap belajar;
    B. memanfaatkan keterampilan belajar;
    C. memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat;
    D. membiasakan diri bekerja dengan tekun.

9. Kegiatan-kegiatan berikut merupakan fokus pelayanan perencanaan individual pada
    aspek karir, kecuali :
    A. memahami segala kekuatan dan kelemahan diri sendiri;
    B. mengeksplorasi lingkungan sekitar tempat tinggal
    C. memupuk kebiasaan belajar yang efektif;
    D. pengambilan keputusan secara tepat.

10. Fokus pelayanan perencanaan individual pada aspek Pribadi-sosial, yaitu:
    A.   pembiasaan belajar  bekompok;
    B.   pengembangan konsep diri yang positif;
    C.   mengadakan kunjungan persahabatan;
    D.   pengarahan diri pada aktivitas yang bermanfaat.
220
Bimbingana dan Konseling


BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
    Cocokkan  hasil  jawaban  Anda  dengan  kunci  jawaban  Tes  Formatif  yang  ada  pada
bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
RUMUS
    Tingkat Penguasaan =     --------------  x 100%

                                       10



    Makna Tingkat Penguasaan: 90%-100% = Baik Sekali; 80 % - 89 %  = Baik;
- 79 %   = Cukup; dan < 69 %   = Kurang.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
    Kalau  Anda  mencapai  tingkat  penguasaan  80  %  ke  atas,  Anda  dapat  meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih
di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
70 %
Bimbingana dan Konseling
221


222
Bimbingana dan Konseling


2
KETERPADUAN PROGRAM BIMBINGAN
                DI MI/SD
1.   Program Bimbingan Terpadu
    Seperti dimaklumi, bahwa sampai saat ini masih jarang ada MI/SD yang memiliki guru
pembimkbing  profesional  yang  berlatar  belakang  pendidikan  sarjana  bimbingan  dan
konseling. Oleh karena itu, pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan
tugas  guru  kelas,  yang  implementasinya  diintegrasikan  dalam  proses  pembelajaran  di
kelasnya. Dalam keadaan yang demikian, maka guru kelas hendaknya dapat memadukan
antara program layanan bimbingan dan konseling dengan program pembelajaran yang
dirancangnya. Walaupun demikian, dalam praktik pelaksanaan   program bimbingan di
sekolah membutuhkan kemampuan guru dan dukungan manajerial. Sehubungan dengan
itu, dalam mensinergiskan program bimbingan dengan program dan praktik pembelajaran
di sekolah/kelas, hendaknya  harus memperhatikan hal-hal berikut.


a.    Aspek program bimbingan
    Program bimbingan di MI/SD harus disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik
dan  masalah  nyata  yang  terjadi  di  sekolah.  Program  bimbingan  di  MI/SD  mempunyai
kekhasan  tersendiri  sesuai  dengan  situasi  dan  kondisi  yang  ada  di  MI/SD  itu  sendiri,
baik dilihat dari segi petugas, fasilitas yang tersedia dan karakteristik peserta didiknya.
Menurut  Dickmeyer  and  Caldwell  (Ahman,  1998)  bahwa  ada  beberapa  faktor  yang
membedakan antara bimbingan di MI/SD dengan di sekolah menengah, yaitu : pertama,
bimbingan  di  MI/SD  lebih  menekankan  pada  peranan  guru  dalam  menerapkan  fungsi
bimbingan; kedua,   fokus bimbingan di MI/SD lebih menekankan pada pengembangan
pemahaman  diri,  pemecahan  masalah,  dan  kemampuan  berhubungan  secara  efektif
dengan  orang  lain;  ketiga,  bimbingan  di  MI/SD  lebih  banyak  melibatkan  orangtua
peserta didik, mengingat pentingnya pengaruh orangtua dalam kehidupan anak selama
di MI/SD; keempat, bimbingan di MI/SD hendaknya memahami kehidupan anak secara
unik;  kelima,  program  bimbingan  di  MI/SD  hendaknya  peduli  terhadap  kebutuhan
Bimbingana dan Konseling
223


dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri,
serta memahami kelebihan dan kekurangan diri; keenam, program bimbingan di MI/SD
hendaknya meyakini bahwa usia MI/SD merupakan tahapan yang sangat penting dalam
tahapan perkembangan anak.

    Berdasarkan   uraian   tersebut   dapat   disimpulkan   bahwa   perangkat   tugas   yang
harus diselesaikan peserta didik MI/SD dapat dijadikan sebagai panduan utama dalam
pengembangan program bimbingan di MI/SD.

b.    Aspek Ketenagaan
    Sehubungan dengan perlunya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling,
maka pada umumnya guru MI/SD mempunyai tugas ganda, sebagai pelaksana pelayanan
bimbingan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan target kurikulum
yang  harus  dicapai.  Sebenarnya  guru  MI/SD  sebagai  guru  kelas  memiliki  peluang-
kesempatan luas untuk memahami karakteristik setiap peserta didik di kelasnya. Oleh
karena itu,   guru MI/SD perlu memiliki pemahaman yang tepat dan keterampilan yang
memadai untuk melaksanakan layanan bimbingan yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Pada  akhirnya,  guru  MI/SD  hendaknya  dapat  menerapkan  layanan  bimbingan  dalam
kegiatanpembelajaranyangdilaksanakandikelas;ataugurumerancangdanmelaksanakan
proses pembelajaran yang bernuansakan bimbingan dan konseling di kelasnya.


c.    Aspek teknis/prosedural
    Prosedur/teknik yang dapat dikembangkan dalam implementasi layanan bimbingan
dan  konseling  pada  peserta  didik  MI/SD  adalah  dengan  melalui  pendekatan  terpadu
atau  terintegrasi.  Prosedur  ini  memadukan  antara  pendekatan/teknik  instruksional
dalam pembelajaran dengan pendekatan/teknik interpersonal atau transaksional dalam
bimbingan  dan  konseling.  Agar  guru  MI/SD  dapat  memainkan  peran  gandanya  secara
profesional, maka di samping terampil dalam menerapkan strategi/teknik pembelajaran,
juga perlu memiliki kemampuan dasar pada strategi/teknik pelayanan bimbingan dan
konseling. Dengan demikian, maka guru MI/SD diharapkan dapat menerapkan layanan
bimbingan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.

    Guru menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan dapat memadukan layanan
bimbingan  ke  dalam  proses  pembelajarannya  itu,  seperti  melalui  pengelompokkan
belajar,  diskusi  kelompok,  permainan  terpadu,  tugas  kerja  kelompok,  pengajaran  unit
atau pembelajaran tematik, dsb. Dalam penelitian yang dilaksanakan Ni'mah (2000) di
SD kelas rendah , dapat diterapkan layanan bimbingan pribadi-soial melalui KBM, dengan
cara menggunakan metode pembelajaran diskusi, kerja kelompok dan permainan, peserta
didik dibimbing untuk belajar menyesuaikan diri dengan teman, bekerjasama, berbagi
tugas, dan belajar untuk berani tampil mengerjakan tugas di depan kelas.
224
Bimbingana dan Konseling


d.   Daya dukung lingkungan
    Program  pelayanan  bimbingan  di  MI/SD  akan  memberikan  kontribusi  terhadap
pencapaian  tujuan  pendidikan,  jika  didukung  oleh  pihak  yang  terlibat  dalam  sistem
yang ada di sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat dan pemerintah,
baik dalam pendanaan maupun penyediaan fasilitas pendukung yang diperlukan. Hal ini
mengindikasikan, bahwa ciri layanan bimbingan di MI/SD itu tidak terlepas dari peran
serta masyarakat dan orangtua peserta didik di samping guru kelas.


 e.   Organisasi Bimbingan di MI/SD
    Organisasi  dan  administrasi  merupakan  perangkan  penyelenggaraan  bimbingan  di
sekolah yang semestinya dikelola secara efektif. Manajemen organisasi dan administrasi
yang baik, diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan bimbingan di
MI/SD yang terintegrasi dalam pembelajaran.

    Organisasibimbingandalammaknaluasdapatdiartikansebagaiusahapenyelenggaraan
program  bimbingan  untuk  mencapai  tujuan  yang  telah  ditetapkan.  Untuk  menjamin
kelancaran  program  bimbingan  di  MI/SD  diperlukan  adanya  organisasi  bimbingan.
Organisasi bimbingan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.    Program  bimbingan  hendaknya  diorganisasikan  sedemikian  rupa  sehingga  sesuai
b.

c.
d.    Penanggung jawab organisasi bimbingan adalah kepala sekolah
e.  Program  bimbingan  harus  diorganisasikan  dengan  baik,  sehingga  memungkinkan
    seluruh  personal  yang  ada  di  sekolah,  dan  dengan  masyarakat  dapat  bekerjasama
    dengan baik
f.    Organisasi bimbingan di SD disesuaikan dengan personil yang ada, keadaan peserta
    didik dan sarana serta prasarana.

2. Uraian tugas personil bimbingan
a.  Kepala Sekolah
    Kepala  sekolah  mempunyai  peranan  sebagai  penanggung  jawab  seluruh  program
pendidikan di sekolah, termasuk di dalamnya layanan bimbingan. Dalam hubungannya
dengan  program  bimbingan  dan  konseling,  fungsi  dan  peranan  kepala  sekolah  dapat
digambarkan sebagai berrkut:

1)  Mengkoordinasikan kegiatan layanan bimbingan.
2)  Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan.
Bimbingana dan Konseling
225
dengan situasi dan kebutuhan setempat.
  Layanan  bimbingan  hendaknya  merupakan  bagian  yang  tak  terpisahkan  dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah
  Diperlukan  kerjasama  antara  personal  sekolah  dalam  pelaksanaan  organisasi
bimbingan


3)   Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan.
4)   Melakukan  supervisi  terhadap  pelaksanaan  bimbingan,  mulai  dari  perencanaan,
    pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut.
5)   Mengadakan  kerja  sama  dengan  instansi  lain  yang  terkait  dalam  pelaksanaan
    bimbingan.

b.  Guru Kelas/Pembimbing
    Sebagai  pelaksana  dalam  program  bimbingan  di  MI/SD,  guru  kelas/  pembimbing
memiliki tngas yaitu:

    1)   Merencanakan dan membuat program bimbingan.
    2)   Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru.
    3)   Melakukan kerja sama dengan orangtua dalam memberikan layanan bimbingan
        kepada peserta didik.
    4)   Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengintegrasikan pada mata
        pelajaran masing-masing.
    5)   Menilai proses dan hasil layanan bimbingan.
    6)   Menganalisis hasil penilaian layanan bimbingan.
    7)   Melaksanakan tindak lanjut atau alih tangan berdasarkan hasil penilaian.
    8)   Membantu peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler.

c.    Guru mata Pelajaran
    Sebagai personil guru mata pelajaran mempunyai tugas yang penting dalam aktivitas
bimbingan, yaitu:

    1)   Melaksanakan  layanan  bimbingan  melalui  kegiatan  belajar  mengajar  sesuai
        dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya
    2)   Berkonsultasi dengan guru kelas/guru pembimbing dalamhal masalah-masalah
        yang berkaitan dengan bimbingan
    3)  Bekerjasama  dengan  guru  kelas/guru  pembimbing  dalam  hal  pengembangan
        program bersama/terpadu

d.   Pengawasan
    Pengawasan sangat diprelukan untuk menjamin terlaksananya layanan secara tepat.
Pengawasan  dilakukan  baik  secara  teknis  maupun  administratif.  Fungsi  pengawasan
adalah memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
layanan  bimbingan  di  MI/SD.  Pengawasan  dilaksanakan  oleh  dinas  pendidikan  secara
berjenjang.  Tingkat  kecamatan  dilakukan  oleh  pengawas  MI/SD  Dinas  Pendidikan
Kecamatan setempat.
226
Bimbingana dan Konseling


3.  Sarana dan Prasarana
    Keberhasilan sebuah program bimbingan tidak terlepas dari dukungan tersedianya
sarana  dan  prasarana  yang  memadai.  Sarana  administratif  yang  diperlukan  untuk
menunjang pelayanan bimbingan sebagai berikut:

a.    Alat pengumpul data
    Alat  pengumpul  data  yang  diperlukan  di  MI/SD  yaitu  pedoman  observasi,  angket,
    catatan  anekdot,  pedoman  wawancara,  tes  hasil  belajar,  sosiometri,  daftar  cek
    masalah,  skala penilaian, biografi dan autobiografi.
b.    Alat penyimpan data
    Bentuk  alat  penyimpan  data  yaitu  buku  pribadi,  kartu  pribadi,  dan  map.  Bentuk
    kartu pribadi dapat dibuat dalam ukuran dan warna tertentu, sehingga mudah untuk
    disimpan dalam filling cabinet. Sedangkan map diperlukan untuk menyimpan berbagai
    informasi pribadi masing-masing peserta didik. Buku pribadi berisikan berbagai data
    tentang peserta didik dari mulai identitas, keadaan keluarga, penyakit yang pemah
    diderita, potensi dan prestasi yang diraih,  dan lain sebagainya.
c.    Kelengkapan   penunjang   teknis,   seperti   dokumen   data   data/informasi,   paket
    bimbingan dan alat bantu bimbingan.
d.   Perlengkapan administrasi, seperti alat-alat tulis, format satuan layanan dan kegiatan
    pendukung  serta  blangko  laporan  kegiatan,  blangko  surat,  kartu  konsultasi,  kartu
    kasus, blanko konferensi kasus dan agenda surat.
e.   Sarana  penunjang,  seperti  ruang  bimbingan.  Andaikata  ruang  bimbinga  tidak  ada,
    maka  dapat  digunakan  ruang  kantor/guru,  atau  ruang  kelas.  Dalam  kondisi  ideal,
    ruang bimbingan harus dilengkapi dengan ruang konseling, ruang konsultasi, ruang
    bimbingan  kelompok,  ruang  tamu,  ruang  dokumentasi  dan  ruang  diskusi.  Ruang
    bimbingan harus dilengkapi dengan meja, kursi, lemari, rak penyimpan data, papan
    tulis, dan sebagainya.
4.    Pendanaan
    Dana atau anggaran biaya sangat diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana,
    perlengkapan  administra,  kunjunganm  mmah  (home  visit),  penyusunan  laporan
    kegiatan, transportasi dan lain-laia.
5.    Kerjasama
    Kerjasama anatara guru/pihak sekolah dengan orang tua peserta didik, dan  dengan
    lembaga atau instansi terkait, sepeiti Dinas Pendidikan.
Bimbingana dan Konseling
227


LATIHAN
    Untuk  memperdalam  materi     yang  baru  saja  anda  bacadan  pelajari,  silakan  anda
mengerjakan latihan di bawah ini:

1.   Menjelaskan tentang implementasi program BK dalam KBM.
2.   Menjelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di SD

RANGKUMAN
    Jarang ada SD yang memiliki petugas bimbingan yang khusus/tersendiri, maka tugas
program bimbingan merupakan tugas untuk guru kelas, yang sekaligus menjadi tenaga
pengaj ar. Dengan keadaan yang demikian maka gum hendaknya dapat memadukan antara
program  layanan  bimbingan  dengan  KBM.  Walaupun  demikian  program  bimbingan  di
sekolah membuainkan kemampuan dan dukungan manajerial, maka ada beberapa hal
yang hams diperhatikan, yaitu: (1) Aspek program, bertolak dari kebutuhan dan masalah
yang  ada  di  sekolah;  (2)  Aspek  ketenagaan,  guru  kelas  dipandang  sebagai  personil
yang  paling  melaksanakan  layanan  bimbingan,  dengan  demikian  guru  hams  memiliki
pemahaman yang tepat untuk melaksanakan layanan bimbingan; (3) Aspek prosedur/
teknik,  perlu  adanya  keterpaduan  antara  pendekatan  dan  teknik  instaiksional  dengan
transaksional dan (4) Daya dukung lingkungan, layanan bimbingan perlu bantuan dan
dukungan managerial, social, dan sarana fisik.
228
Bimbingana dan Konseling


                            TES FORMATIF 3

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1.   Merencanakan program bimbingan beserta sarana penunjangnya merupakan peran
    kepala sekolah sebagai ........
    A. Administrator                              C. Organisator
    B. Supervisor                                    D. Manajer

2.  Layanan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dasar untuk
    kehidupan adalah tujuan layanan:
    A. Layanan respoasif                       C. Layanan perencanaan individual
    B. Layanan dasar bimbingan          D. Dukungan sistem

3.   Menyerahkan   peserta   didik   yang   bermasalah   kepada   yang   lebih   mampu   dan
    berwenang adalah layanan:
    A. Referal                                           C. Penempatan
    B. Konseling                                      D. Layananinformasi

4.   Kartu pribadi, dalam layanan bimbingan adalah disebut:
    A. Alat pengumpul data                  C. Alat dokumen
    B. Alat penyimpan data                   D. Perlengkapan teknis

5.   Pengawasan dalam pelaksanaan bimbingan dilakukan dengan teratur agar kegiatan
    bimbingan dapat....
    A. terarah pada tujuan                    C. teramati kesalahannya
    B. terkendali prosesnya                  D. terjamin keberhasilannya.

6.   Hal-hal berikut merupakan alat pengumpul data non-tes, kecuali:
    A. pedoman observasi;                    C. pedoman wawancara;
    B. tes hasil belajar;                                        D. skala penilaian.

7.  Blangko laporan kegiatan merupakan kelengkapan sarana pelayanan bimbingan yang




8.  Berikut ini lebih merupakan sarana penunjang pelayanan bimbingan, kecuali:
berfungsi secagai :
A. alat pengumpul data;
B. alat penyimpan data;


A. ruang konsultasi;
B. ruang bimbingan kelompok;
C. kelengkapan administrasi;
D. kelengkapan penunjang teknis.


        C. ruang koordinator BK;
D. ruang dokumentasi.
Bimbingana dan Konseling
229


9.    Pengawasan pelayanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi sebagaio berikut,
    kecuali:
    A. memantau dan menilai pelaksanaan layanan BK;
    B. memperbaiki pelaksanaan layanan BK;
    C. meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan BK;
    D. menilai kemampuan guru dalam melaksanakan layanan BK.

10.`Fungsi utama guru kelas dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan di madrasah/
    sekolah, adalah :
    A. melaksanakan konseling kepada siswa yang bermasalah;
    B. merencanakan dan membuat program bimbingan.
    A.   bekerja sama dengan orangtua dalam melaksanakan layanan bimbingan;
    B.   melaksanakan layanan bimbingan secara terintegrasi dalam pembelajaran

BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
    Cocokkan  hasil  jawaban  Anda  dengan  kunci  jawaban  Tes  Formatif  yang  ada  pada
bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.
RUMUS
Tingkat Penguasaan =     --------------  x 100%
10
    Kalau  Anda  mencapai  tingkat  penguasaan  80  %  ke  atas,  Anda  telah  dapat  semua
Kegiatan Belajar dengan baik ! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
Makna Tingkat Penguasaan:
90 %  - 100 %  =  Baik Sekali;
80 %  -   89 %  =  Baik;
70 %  -  79 %   =  Cukup;
     <  69 %   =  Kurang.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
230
Bimbingana dan Konseling


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1
1.   A
2.   B
3.   C
4.   B
5.   C
6.   B
7.   B
8.   D
9.   C
10. B

TES FORMATIF 2
1.   A
2.   B
3.   A
4.   B
5.   A
6.   B
7.   C
8.   C
9.   D
10. D
Bimbingana dan Konseling
231


232
Bimbingana dan Konseling


Glosarium
Achievement Test
Actual ability

Actual self

Akurat


Anecdotal  record

Aptitudes

Attention
Autonomy   vs  shame  and  doubt  :  mandiri  vs  malu  dan  ragu,  tahapan  perkembangan
                             individu  yang  dikemukakan  oleh  Erikson  dengan  teori
Counseling interview



Cronological age
   Psikososialnya.  Dalam  tahapan  ini,  anak  kalau  berhasil
   dalam  tugas  perkembangannya  akan  mandiri  sementara
   kalau tidak akan malu atau ragu.

:   Wawancarakonseling merupakandialogantaragurudengan
   murid   dengan   maksud   membantu   murid   memecahkan
   masalah  yang  dihadapinya,  yang  biasanya  berfokus  pada
   perubahan sikap dan perilaku murid.

:   umur  kronologis  (disingkat  CA);  yaitu  umur  seseorang
   (murid)   sebagaimana   yang   ditunjukkan   dengan   hari
   kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
Bimbingana dan Konseling
233
:   Tes yang mengukur hasil/prestasi belajar yang ditampilkan
   murid     selama     atau     setelah     proses     pembelajaran
   berlangsung,  dapat  berupa  nilai  (1-10  atau  1-100)  hasil
   pengerjaan Lembaran Kerja Siswa (LKS) dan tugas lainnya
   selama proses pembelajaran berlangsung berlangsung atau
   nilai hasil ulangan/ post tes.

:   Kecakapan   aktual/   nyata   yaitu   kecakapan   siswa   yang
   dengan segera dapat didemonstrasikan

:   diri yang nyata artinya kondisi yang nyata yang dimiliki oleh
   siswa, baik berupa potensi fisik maupun psikhis.

:   tepat,  digunakan  untuk  alat  pengumpul  data  (instrumen)
   atau data yang telah dikumpulkan yang tepat sesuai dengan
   kondisi objektif

:   Hasil  pencatatan  observasi  sehari-hari  yang  ditulis  oleh
   guru tentang perilaku siswa dalam satu kegiatan tertentu

:   bakat, kecakapan khusus yang dimiliki siswa

:   perhatian,    dapat    diartikan    kemampuan    siswa    untuk
   memberi perhatian kepada siswa lain dalam satu interaksi
   sosial antar siswa


Cummulative record


Daily  observatian
:   catatan  pribadi  siswa  yang  berisi  tentang  semua  data
   lengkap tentang siswa, dapat disimpan dalam buku, kartu
   atau komputer/ CD/soft file.

:   Observasi    Sehari-hari        yaitu    observasi    yang    tidak
Debil (moron)

Development
:   perkembangan
   direncanakan  dengan  seksama,  tetapi  dikerjakan  sambil
   mengerjakantugasrutinguru(mengajar),jugatidakmemiliki
   pedoman dan dilaksanakannya secara insidental terhadap
   tingkah laku murid yang menonjol atau menyimpang pada
   saat  pembelajaran.  Juga  tidak  dipersiapkan  kapan  akan
   dilakukan dan bagaimana prosesnya.

:   murid  dengan  kecerdasan  yang  masih  mendekati  murid
normal yang berusia sekitar 9 - 10 tahun.
atau
pengembangan.
Diartikan
Diagnosis


Diciplinary  interview


Dyad



Encouragement

General intelligence

Hazard

Home visit
234
:   hasil  sosiometri,  dua  orang  siswa  dalam  satu  kelas  atau
   kondisi/     situasi     tertentu     (misalnya     pembentukkan
   kelompok belajar, kelompok ekstra kurikuler, karyawisata)
   yang saling memilih.

:   Bimbingan   dan   konseling   perkembangan   memfokuskan
   pada proses mendorong perkembangan siswa.

:   Abilitas  dasar  atau  kecakapan  dasar  umum,  kemampuan
   siswa untuk dapat memecahkan masalah secara umum.

:  hambatan  dalam  perkembangan  siswa,  dapat  berupa  fisik,
   psikologis, personal, sosial.

:   kunjungan  guru  ke  rumah  orang  tua  siswa  dalam  rangka
   mengumpulkan  data  tentang  siswa,  mengkonfirmasikan
   data yang berhubungan dengan orang tua.
   perkembangan,  apabila  penekankannya  pada  perubahan
   yang dialami oleh siswa. Diartikan dengan pengembangan,
   apabila   penekanannya   pada   fungsi   bimbingan   untuk
   mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa

:   merupakan   langkah   untuk   mengetahui   ini   masalah/
   kesulitan  yang  dihadapi  oleh  murid  dan  berbagai  faktor
   yang melatarbelakanginya.

:   Wawancara disiplin   merupakan suatu proses wawancara
   yang  dilakukan  guru  yang  ditujukan  untuk  menegakkan
disiplin.
Bimbingana dan Konseling


Human  relationship


Ideal self

Idiot


Imbecil


Industry  vs inferiority
Informational interview     :   Wawancara  pengumpulan  data,  merupakan  tanya  jawab
Intelligence Quotient


Intiative vs guilt
:   siswa   yang   memiliki   kemampuan   berinteraksi   sosial
   yang  diwujudkan  dalam  bentuk  hubungan  persahabatan,
   persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

:   gambaran/ keinginan diri yang ideal/ diharapkan.

:   siswa dengan kecerdasaran yang mendekati murid normal
   berusia di bawah 4 tahun.

:   siswa   dengan   kecerdasaran   mendekati   murid   normal
   sekitar usia 5 - 6 tahun;

:   produktif vs rendah diri. Tahapan perkembangan individu
   yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
   Dalam   tahapan   ini,   anak   kalau   berhasil   dalam   tugas
   perkembangannya  akan  produktif  menghasilkan  sesuatu
   dan sebaliknya akan merasa rendah diri.

   yang dilakukan antara guru dengan murid dengan maksud
   untuk mendapatkan data atau fakta murid.

:   ukuran kecerdasar yang biasa disingkat IQ, diperoleh dari
   perbandingan  umur  mental  dengan  umur  kronologis  kali
   seratus.

:   insiatif vs rasa bersalah. Tahapan perkembangan individu
   yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
   Dalam   tahapan   ini,   anak   kalau   berhasil   dalam   tugas
   perkembangannya  akan  penuh  inisiatif  tetapi  sebaliknya
   akan penuh dengan rasa bersalah.

:   murid yang tidak ada yang memilih untuk satu kegiatan di
   kelas, sebagai hasil sosiometri.

:   pengembangan instrument secara standar, seperti mengacu
   pada kisi-kisi penyusunan instrument. Uji validitas empiris
   dilakukan dengan penilaian/ penimbangan ahli.

:   perbaikan, merupakan fungsi bimbingan untuk membantu
   siswa yang telah atau sedang mengalami suatu masalah.

:   keterampilan pengambilan keputusan untuk   penyesuaian
   sosial yang memadai sebagai suatu keterampilan hidup

:   mengukur atau pengukuran, menggunakan instrumen yang
   standar  dan  akan  menghasilkan  skor  atau  angka-angka
Bimbingana dan Konseling
235
Isolated  sudent

Judgement


Kuratif

Life skills

Measurement


Mental age
Motorical / kinestetic abilities  : gerak motoris siswa.

Non participative observation : Observasi Non-partisipatif , yaitu observasi
Numerical abilities

Objective-based lesson


Outcome-focused
   hasil  ukur  yang  menunjukkan  tingkat  kemampuan,  atau
   kekuatan dari aspek yang diukur dengan berpegang pada
   standar tertentu

:   umur   mental   (disingkat   MA);   yaitu   umur   kecerdasan
   sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan
   akademik.
Participative observation   :   Observasi  Partisipatif,  yaitu  observasi  dimana  observer
Peer group

Placement interview





Potential ability
Preventive    and  development  :    pencegahan  dan  pengembangan  yaitu  untuk  dapat
   (guru) berada dalam situasi yang sedang diamati atau turut
   serta melakukan apa yang dikerjakan oleh para murid.

:   kelompok teman sebaya

:   Wawancara penempatan adalah wawancara yang diadakan
   dengan  maksud  membantu  dalam  penempatan  di  kelas,
   dalam    kelompok,    kegiatan    eksta    kurikuler,    latihan,
   pengerjaan tugas, dll.

:   Kecakapan Potensial, dapat berupa kecerdasan dan bakat


   melakukan  pencegahan  murid  MI/SD  terhadap  perilaku/
   kegiatan  ke  arah  yang  negatif  atau  menyimpang  terlebih
   dahulu   perlu   pemahaman   terhadap   potensi,   kekuatan,
   kelemahan,  kecenderungan-kecenderungan  yang  dimiliki
   oleh murid.

:   guru  memperkirakan/  menentukan  jenis  bantuan  yang
   diberikan  berdasarkan  atas  jenis  dan  tingkat  kesulitan/
   masalah yang dihadapi.

:   angket, merupakan alat pengumpul data secara tertulis.
:   bakat  bilangan,  kemampuan  yang  dimiliki  siswa  dalam
   mengoperasikan angka-angkat.

:   Materi  kurikulum  diajarkan  dengan  unit  fokus  pada  hasil
   dan pengajaran yang berorientasi tujuan bagi murid dalam
   kelompok kecil atau kelas.

:   Layanan dasar bimbingan perkembangan memiliki cakupan
   dan urutan bagi pengembangan kompetensi murid.
Prognosis


Quesioner
236
Bimbingana dan Konseling


Reinforcement

Remedial teaching


Responsivity


Scholastic aptitude



Self- acceptance




Self- adjustment

Self-direction

Self-improvement

Self-understanding



Self-enhancement

elf-esteem

Self-responsibility





Sharing


Social abilities



Spatial abilities
Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded
:   penguatan

:  pembelajaran  perbaikan  untuk  meningkatkan  penguasaan
   kompetensi sesuai dengan yang disyaratkan.

:   kemampuan    siswa    untuk    mendengar    keluhan    atau
   pandangan orang lain

:   bakat sekolah yang berkenaan dengan kecakapan potensial
   khusus  yang  mendukung  penguasaan  bidang-bidang  ilmu
   atau mata pelajaran.

:   Qona'ah, penerimaan diri  Dalam hal ini, murid hendaknya
   dapat   menerima   diri   apa   adanya   potensi-potensi   dan
   anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan harapan
   murid tersebut ataupun tidak.

:   penyesuaian diri

:   mengarahkan dirinya

:   perbaikan diri

:   Pemahaman diri.    Dalam hal ini, murid dapat memahami
   dirinya    sendiri    akan    potensi    yang    dimiliknya    serta
   permasalahan yang dihadapinya.

:   pengayaan diri

:   Harga  diri

:   tanggung jawab terhadap segalan apa yang telah dilakukan
   serta   menerima   segala   konsekuensinya.   Murid   MI/SD
   memiliki  keterbatasan  dalam  menerima  tanggung  jawab
   dirinya.

:   Sebagai  makhluk  sosial,  murid  memerlukan  orang  lain
   untuk bersama-sama

:   tilikan  hubungan  sosial,  siswa  yang  mempunyai  bakat  ini
   akan sangat mudah untuk melakukan interaksi sosial, relasi
   pertemanan.

:   bakat  tilikan  ruang  yang  dimiliki  oleh  siswa.  Siswa  yang
   memiliki bakat ini cocok menjadi arsitek, design interior.
Bimbingana dan Konseling
237


Superior atau genius


Systematic observation



Tim oriented


Treatment/terapi

Trust  vs mistrust
Tryad
   adalahmuridyangbertindakjauhlebihlambatkecepatannya,
   dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya,
   dibandingkan dengan murid yang lain.

:   adalah  murid  yang  dapat  bertindak  jauh  lebih  cepat  dan
   dengan   kemudahan   dibandingkan   dengan   murid   yang
   lainnya.

:   Observasi  Sistematis   yaitu  observasi  yang  direncanakan
   dengan   seksama,   serta   memiliki   pedoman   yang   berisi
   tujuan,  tempat,  waktu  dan  butir-butir  pertanyaan  yang
   menggambarkan tingkah laku murid yang diobservasi.

:   dalam melaksanakan kegiatan bimbingan guru tidak bekerja
   sendiri, tetapi melibatkan personel sekolah lainnya sebagai
   team work.

:   bantuan  yang  diberikan  oleh  guru  kepada  siswa  yang
   mempunyai masalah.

:   percaya vs tidak percaya. Tahapan perkembangan individu
   yangdikemukakanolehEriksondenganteoriPsikososialnya.
   Dalam   tahapan   ini,   anak   kalau   berhasil   dalam   tugas
   perkembangannya akan tertanam kepercayaan pada orang
   lain,  sebaliknya  apabila  tidak  akan  menjadi  siswa  yang
   selalu curiga pada orang lain, tidak percaya, paranoid.

:   hasil  sosiometri,  tiga  orang  siswa  dalam  satu  kelas  atau
Understanding the individual : pemahaman individu, langkah dalam bimbingan sebelum
Value


Verbal abilities

Verbal test
238
   memberikan    bantuan,    diperlukan    memahami    secara
   seksama   berkaitan   dengan   potensi,   kendala,pendukung
   yang dimiliki oleh individu.

:   mempertimbangkan  nilai,  artinya  dalam  bertingkah  laku
   siswa  harus  menyesuaikan  dengan  nilai  yang  berlaku  di
   masyarakat, baik nilai social, susila maupun agama.

:   kecakapan   berbahasa   siswa,   baik   secara   lisan,   tulisan
   maupun isyarat.

:   Tes bakat dalam Test Binet-Simon yang mengungkap bakar
   verbal siswa.
kondisi/
kelompok belajar, kelompok ekstra kurikuler, karyawisata)
yang saling memilih. Disebut juga dengan klik.
situasi
tertentu
(misalnya
pembentukkan
Bimbingana dan Konseling


Vocational aptitude
:   bakat pekerjaan-jabatan yang berkenaan dengan kecakapan
   potensial  khusus  yang  mendukung  keberhasilan  dalam
   pekerjaan.
Bimbingana dan Konseling
239


Daftar Pustaka
Abdul Rahman Mulyono. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Asli
          Mahasatya.

Abin Syamsudin Makmun. (2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran
          Modul. Bandung : Rosda Karya.

ABKIN  (2008),  Rambu-Rambu  Penyelenggaraan  Bimbingan  dan  Konseling  di  Jalur
          Pendidikan Formal, Publikasi Jurusan PPB-FIP-UPI

Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan; Model Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung
          : Disertasi PPS IKIP Bandung

Anne Anastasi, l988, Psychological Testing, New York : Mc Millan Publishing Company

Blocher, H. Donald. (l974). Developmental Counseling, New York : John Wiley & Sons.

Corey,  Gerald.  (1991).  Teori  dan  Praktek  Konseling  dan  Psikoterapi  (terjemahan  E.
          Koeswara). Semarang: IKIP Semarang Press.

Crytes,  J.  C.  (1987).  Career  Counseling:  Models,  Methods,  and  Materials.  New  York:
          McGraw-Hill, Inc.

Dedi Supriadi. (1997). Profesi Konseling dan Keguruan, Bandung : PPs IKIP Bandung

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang
          Sistem Pendidikan Nasional. Semarang : Aneka Ilmu.

Dewa Ketut Sukardi, 1990, Analisis Tes Psikologi, Denpasar : Rineka Cipta

Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Planning. Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.

Dirjen PMPTK. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
          Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Dorothy,  Keiter.  (l975).  Bagaimana  Kita  Dapat  Berhasil  dalam  Belajar.  Salatiga  :  Pusat
          Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana.

Elfiah,  R  (2001).  Program  Bimbingan  Karir  bagi  Mahapeserta  didik  IAIN  Raden  Intan
          Bandar  Lampung.  Tesis  pada  Program  Pascasarjana  Universitas  Pendidikan
          Indonesia : tidak diterbitkan
240
Bimbingana dan Konseling


Furqon. (2005). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Bandung:
          Pustaka Bani Quraisy.

Garry, R. & Kingsley, H.I., l987, The Nature and Condition of Learning, New Jersey : Practice
          Hall.

Gysber's, N.C. & More, E.J. 1983. Career Counseling: Skills and Techniques for Practitioner.
          New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Hall,  S.A.  (2003).  "Expanding  Academic  and  Career  Self  Efficacy  :  A  Family  Systems
          Framework". Journal of Counseling Development. Vol. 81. N0. 3. Summer 2003.
          33-39.

Her, EL. & Cramers, S.H. (1979). Career Guidance Throught The Life Span. Boston: Litle,
          Brown & Co.

Holland, J. L. (1985). Making Vocational Choice: Theories of Vocational Personalities and
          Work Environment. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Janda, Louis H. (1999). Career Tests. Massachusetts: Adams Media Corporation.

Juntika  Nurihsan.  (2005).  Manajemen  Bimbingan  dan  Konseling  di  SMA.  Jakarta:  PT
          Gramedia Widiasarana Indonesia.

Juntika.  (2005).  Manajemen  Bimbingan  dan  Konseling  di  SMA.  Jakarta:  PT.  Gramedia
          Widiasarana Indonesia

Koestoer Partowisastro. (l982). Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jilid 2, Jakarta
          : Erlangga

Manrihu, T. M. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Bumi Aksara. Jakarta.

Miller,  M.  J.  &  Miller,  T.  A.  92055).  Theoretical  Application  of  Holland's  Theory  to
          Individual Decision Making Styles: implication for Career Counselors. Journal
          of Employment Counseling. Alexandria: Mart 2005. Vol 42 No. 1:  20-29.

Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995) Guidance and Counseling in The Elementary and
          Middle School, A Practical Approach, Madison : Brown & Benchmark

Nana Syaodih Sukmadinata, l983 : Teknik-Teknik Pemahaman Individu dalam Bimbingan
          Penyuluhan, Jurusan BP FIP IKIP Bandung

Ni'mah. (2000). Penerapan Bimbingan Sosial-Pribadi melalui KBM di SD. Tesis. Bandung:
          Sekolah Pascasarjana UPI.

Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto, 2005, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
          Dasar Kurikulum 2004, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Bimbingana dan Konseling
241


Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto, 2005, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
          Dasar Kurikulum 2004, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Osbom, D. S., Baggerly, J. N. (2004). "School Counselors Perceptions of Career Counseling
          and Career Testing: Preferences, Priorities and Predictors". Journal of Career
          Development. New York: Fall 2004. 31 (1): 1-45.

Osipow , S.H. (1983). Theories of Career Development, New Jersey: Practice Hall, Inc.

Petters, Herman J. & Shertzer, Bruce. (l974). Guidance Program & Management, Ohio : A
          Bell & Howell Company

Pietrofesa, J.P., Bernstein, B,  Minor, J,  Stanford, S. (1980). Guidance An Introduction. Rand
          McNally College Publishing Company: Chicago.

Prince, Jeffrey P. & Heiser, Lisa J. (2000). Essentials of Career Interest Assessment. New
          York: John Wiley & Sons, Inc.

Rochman Natawidjaja. ed. (1979). Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Depdikbud.

Ruslan A. G. (1986). Bimbingan Karir. Penerbit Angkasa. Bandung.

Schmidt. (2003). Counseling in Schools. New York: Pearson Education, Inc.

Seligman,  L.  (1994).  Development  Career  Counseling  and  Assessment.  London:  Sage
          Publications, Inc.

Sharf,  R.  S.  (1992).  Applyng    Career  Development  Theory  to  Counseling.  California:
          Brooks/Cole Publishing Company.

Simon, S.B., Howe, L.W. & Kirschenbauw, H. (1972. Values Clarification. New York: Hart
          Publishing Company, Inc.

Slameto.  (1991).  Belajar  dan  Faktor-Faktor  yang  Mempengaruhinya.  Jakarta  :  Rineka
          Cipta

Sumadi Suryabrata. (l984). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sunarto, H. & Agung Hartono, B., 1994, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Dirjen Dikti
          Depsikbud

Sunaryo _, tt. Makna dan Analisis Perbuatan Belajar. Cianjur : STKIP Suryakancana.

Sunaryo Kartadinata. (1999). Bimbingan di SD. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek PGSD.

Sunaryo Kartadinata. (l992). Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Peserta
          didik Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, IKIP Bandung,
242
   Laporan Penelitian



Bimbingana dan Konseling


Sunaryo.  (2004)  Kerangka  Pikir  dan  Kerja  Bimbingan  dan  Konseling  Konprehensif
          Berbasis Perkembangan (Kompetensi), Materi Perkuliahan, tidak diterbitkan

Surya, M., l986, Psikologi Pendidikan, Bandung : Offset IKIP Bandung

Sutoyo Imam Utoyo. (1996). Nilai-nilai yang Digunakan Peserta didik dalam Pilihan Karir
          (Suatu Studi Deskriptif Analisis tentang Peserta didik yang Karirnya Berhasil
          maupun  Gagal  yang  Mempengaruhi  Layanan  Bimbingan  karir  di  Beberapa
          SMA  Propinsi  Jawa  Timur).  Disertasi.  Bandung:  Program  Pascasarjana  IKIP
          Bandung.

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
          PT. Remaja Rosdakarya.

Uman Suherman. (2001). "Karakteristik Peserta didik dan Pelaksanaan Bimbingan dan
          Konseling di Sekolah Dasar". Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume IV. Nomor
          7 - Mei 2001.

Uman   Suherman.   (2007).   Manajemen   Bimbingan   dan   Konseling.   Bekasi:   Madani
          Production.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
          Jakarta: Penerbit CV Eka Jaya.

Winkel,  WS.,  1991,  Bimbingan  dan  Konseling  di  Institusi  Pendidikan,  Jakarta  :  PT
          Grasindo

Yuan.  (1998).  Young  People  and  Careers.  Hongkong:  CER  Studies  in  Comparative
          Education.

Zunker, V. G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning. California:
          Brooks/Cole Publishing Company.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar: